Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com– Dinamika investasi di sektor hulu migas Indonesia kembali menghangat. Blok Tuna di Laut Natuna Utara menjadi sorotan setelah muncul sinyal kuat dari mitra Operator, Zarubezhneft (ZN), untuk mendivestasikan sebagian hak partisipasinya (Participating Interest/PI) kepada perusahaan nasional, Pertamina dan sebuah perusahaan migas swasta nasional.
Menurut sumber dari ruangenergi.com di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), titik terang divestasi ini akan segera terlihat.
“Kita tunggu Info dari Harbour Energy bahwa tanggal 27 November ini akan diserahkan kepada Pertamina,” ujar sumber tersebut, merujuk pada proses farm-out atau pengalihan PI.
Ada dua skema pembagian PI yang mencuat dan sedang dipertimbangkan, yakni Skema Mayoritas Nasional: 50% untuk Pertamina dan swasta nasional (Non BUMN), dan 50% untuk Zarubezhneft. Bisa juga, skema konsorsium regional, yakni 3 negara dimana komposisinya; 10% dari ZN untuk Pertamina dan BU Swasta Nasional (Non BUMN). Kemudian, 10%–15% untuk Petro Vietnam. Namun ZN akan memegang 25%–30%.
Skema mana pun yang dipilih, hal ini menunjukkan keseriusan ZN untuk memperkuat kemitraan dengan entitas energi Indonesia dan regional.
Komitmen Investasi Jangka Panjang
Secara terpisah, Ketua Satgas Percepatan Peningkatan Lifting Migas Nasional dan Staf Khusus Menteri Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi Nanang Abdul Manaf, membenarkan adanya komitmen investasi dari Zarubezhneft.
Hal itu diceritakan Nanang, menjawab pertanyaan ruangenergi.com, perihal kabar yang didengar ada pertemuan antara petinggi ZN bertemu dengan Wakil Menteri ESDM Yuliot pada Senin (17/11/2025), di Jakarta.
“Mereka bermaksud untuk berkomitmen investasi di bidang Hulu migas, seperti yang sekarang sudah ada di Blok Tuna, sambil menunggu proses divestasi Harbour Energy, yang menjadi partner sekaligus operator,” jelas Nanang.
Ia juga menekankan pentingnya dukungan Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian ESDM, untuk percepatan proses ini.
“Mohon dukungan dari pemerintah melalui Kementerian ESDM untuk percepatan prosesnya,” pinta Nanang.
Minat Ekspansi ke Blok Lain dan Geothermal
Tidak hanya terpaku pada Blok Tuna, ZN juga menunjukkan minat besar untuk ekspansi di Indonesia. Nanang menyebutkan bahwa ZN juga berminat pada blok-blok migas lain yang ditawarkan, terutama yang sudah berstatus produksi atau tahap pengembangan.
Lebih menarik lagi, perusahaan asal Rusia ini turut melirik potensi geothermal di Indonesia sebagai bagian dari rencana investasi masa depan mereka.
Terkait detail skema PI yang beredar, Nanang Abdul Manaf mengarahkan pertanyaan tersebut kepada Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto (Djoksis), yang sebelumnya telah bertemu langsung dengan perwakilan Zarubezhneft. Hal ini mengindikasikan bahwa proses negosiasi dan pembagian PI kini berada di tingkat tertinggi pengambil keputusan di sektor hulu migas.
Pengumuman resmi yang dijanjikan pada 27 November mendatang sangat dinantikan untuk memastikan komposisi baru di Blok Tuna, yang memiliki peran strategis di perbatasan Laut Natuna Utara.













