Tren Harga Minyak Dunia Terus Meningkat, Pertamina: Pasokan Energi Indonesia Aman

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.com – Kenaikan harga minyak mentah dunia telah menembus USD 110 per barel per hari ini, menyusul konflik Rusia-Ukraina yang semakin memanas. Harga minyak mentah dunia ini adalah yang tertinggi sejak tahun 2014 yang rata-rata mencapai USD 93,17 per barel.

Sejalan dengan yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada Selasa, 1 Maret 2022 mengenai kenaikan harga minyak mentah dunia yang disebabkan perang antara Rusia dengan Ukraina, Presiden Jokowi menegaskan kenaikan harga minyak ini harus diwaspadai untuk mencegah terjadinya kelangkaan energi.

“Kelangkaan energi. Dulu sebelum perang harganya naik karena kelangkaan. Ditambah perang (harganya) naik lagi. Sekarang harga per barel sudah di atas 100 US Dollar yang sebelumnya hanya 50-60 (dollar AS),” ujar Jokowi.

Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman, Pertamina terus mencermati kenaikan harga minyak mentah dunia dan dampak-dampak strategisnya. Namun yang pasti, Pertamina berupaya menjaga pasokan BBM dan LPG nasional, menjamin distribusi BBM dan LPG tersebut sampai ke seluruh masyarakat Indonesia serta memastikan keberlanjutan ekosistem energi nasional di tengah tantangan harga minyak mentah dunia yang terus melambung ini.

“Kegiatan operasional Pertamina dari hulu, kilang sampai hilir, tetap berjalan dengan baik untuk menjaga ketahanan energi nasional,” ujar Fajriyahdalam pesan tertulisnya di Jakarta, Rabu (02/3/2022).

Menurut Fajriyah, dengan upaya ini, maka Pertamina memastikan ekosistem migas nasional juga dapat berjalan dengan baik agar terus menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Dengan dukungan stakeholder, Pertamina akan terus meningkatkan kinerja menghadapi tantangan dinamika energi global dan transisi energi dunia agar menjamin ketahanan dan kemandirian energi nasional yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19,” pungkas Fajriyah.

Sebelumnya praktisi minyak dan gas (Migas), Inaz N.Zubir mengatakan, pihak yang paling terdampak konflik antara Rusia dan Ukraina adalah Pertamina.

“Pihak yang paling berdampak akibat perang ini adalah Pertamina karena sebagian besar minyak mentah yang diolah kilang Pertamina berasal dari import,” ujarnya.

Bahkan menurutnya, minyak dalam negeri yang harus diserap oleh Pertamina, ICP nya dipastikan ikut merangkak naik karena berbasis publikasi brent.

“Padahal sebelum perang Rusia dengan Ukraina terjadi, selisih harga jual terhadap harga pokok produksi sudah sangat lebar. Apabila brent terus merangkak naik, kita khawatir Pertamina kekurangan darah. oleh karena itu, seyogyanya pemerintah segera menaikan harga BBM non subsidi,” pungkasnya.(SF)