Jakarta, ruangenergi.com – PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) membuka peluang kolaborasi dengan pelaku bisnis dalam penggunqan bersama fasilitas LNG, CNG, Bioenergi, dan fasilitas penyimpanan BBM. Hal ini disampaikan Direktur Utama PLN EPI Rakhmad Dewanto dalam Plenary Market Sounding Session 1: Power Business Opportunity in Indonesia, bagian dari rangkaian Electricity Connect 2025 yang digelar Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI).
Rakhmad memaparkan bahwa PLN EPI sebagai satu-satunya pintu pengadaan energi primer untuk PLN Group berhasil mengelola pasokan energi primer untuk PLN yang meningkat pesat dalam tiga tahun terakhir.
“Batubara berkembang dari 74 juta ton pada 2023 menjadi hampir 100 juta ton tahun ini. Untuk gas, Kami mengelola sekitar 1,2 miliar standar kaki kubik per hari di tahun 2023 dan tahun depan berpotensi mencapai 1,4 miliar standar kaki kubik per hari termasuk 104 kargo LNG ,” jelasnya.
Selain batu bara dan gas, PLN EPI juga mengembangkan energi bersih. “Produk baru yang tumbuh cepat adalah bioenergi. Tahun ini pasokan kita mencapai hampir 2.6 juta ton bioenergi, dan tahun depan harapannya bisa mendekati 3.7 juta ton,” kata Rakhmad.
Ditinjau dari permintaan, kebutuhan energi nasional diperkirakan tumbuh sekitar 2 persen per tahun hingga 2035. Sektor ketenagalistrikan menjadi pendorong terbesar dengan proyeksi pertumbuhan rata-rata 5.3 persen per tahun, didorong elektrifikasi dan melonjaknya kebutuhan listrik dari pusat data, kawasan industri, hingga kendaraan listrik. Meski energi baru terbarukan akan meningkat drastis, gas dan batu bara tetap memegang peran dominan dalam bauran energi pembangkitan hingga satu dekade mendatang.
“Gas akan tumbuh rata rata 4–6 persen per tahun dan bioenergi tumbuh rata-rata 15–17 persen per tahun. Semua energi primer di kelustrikan naik kecuali minyak,” ujar Rakhmad.
Sejalan dengan proyeksi tersebut, PLN EPI membuka peluang bisnis bagi investor dan mitra industri. Pada sektor BBM, kapasitas tangki milik PLN Group mencapai 800 ribu kilo liter di seluruh Indonesia namun hanya terutilisasi sekitar 45 persen dan diharapkan akan turun terus dengan program de-dieselisasi dan gasifikasi.
“Kami menawarkan skema kerja sama untuk pemanfaatan kapasitas tangki yang idle, baik untuk kebutuhan industri maupun trading,” katanya.
Peluang berikutnya adalah penggunaan bersama infrastruktur gas. PLN EPI saat ini sedang membangun jaringan midstream LNG di klaster Nias, Sulawesi–Maluku, Nusa Tenggara, hingga Papua Utara. Infrastruktur ini dirancang untuk menurunkan biaya midstream, menciptakan virtual pipeline gas, dan membuka pasar bagi industri serta komersial di luar Jawa.
“Kami terbuka apabila ada pengguna lain yang akan bersama memanfaatkan fasilitas sehingga biaya midstream yang murah dapat dinikmati bersama sekaligus menciptakan pasar baru pengguna gas untuk mendukung ketahanan energi nasional,” jelasnya.
Selain LNG, kapasitas CNG plant milik PLN Grup di Tambak Lorok, Gresik, Grati, dan Muara Tawar memiliki potensi utilisasi lebih dari 60 BBTUD namun belum termanfaatkan optimal.
“Dengan fleksibilitas alokasi gas dari pemerintah, kapasitas idle ini bisa dibuka untuk sektor industri dan komersial sehingga produsen hulu migas dapat meningkatkan produksi nya dan pengguna bisa mendapatkan gas yang lebih efisien,” tegas Rakhmad.
Pada sektor bioenergi, PLN EPI mencatat potensi bioenergi nasional mencapai 83 juta ton per tahun dengan utilisasi aktual sekitar 20 juta ton. Untuk itu, PLN EPI mengembangkan ekosistem biomassa bersama mitra yang mencakup fasilitas produksi dan transportasi untuk mengagregasi pasokan baik untuk kebutuhan cofiring PLN sekaligus membuka pasar non-PLN termasuk ekspor.
“Kebutuhan PLN hanya 10 juta ton. Artinya, peluang bisnis bioenergi di luar PLN masih sangat besar,” ujarnya.
Di sisi pendanaan, PLN EPI memperkirakan kebutuhan pendanaan sebesar Rp 16–18 triliun pada periode 2025–2030 yang mencakup modal kerja dan belanja investasi yang bisa berbentuk berbagai skema pendanaan seperti project financing, structured leasing, supplier financing, atau trade financing.
“Kami siap berdiskusi dengan mitra bisnis potensial termasuk institusi keuangan agar pasokan energi primer berjalan tidak hanya andal, tetapi juga kompetitif dan berkelanjutan,” tutup Rakhmad.
Diskusi panel ini dimoderatori oleh Chairani Rachmatullah (Direktur Utama PLN Enjiniring) dan turut hadir sebagai pembicara Bernadus Sudarmanta (Direktur Utama PLN Indonesia Power), Dwi Hartono (Direktur Pengembangan Bisnis and Niaga PLN Nusantara Power), Feby Joko Priharto (Direktur Utama PLN Nusa Daya), Susiana Mutia (Direktur Utama PLN Electricity Services) dan Joice Lanny Wantania (Direktur Niaga & Pemasaran PLN Icon Plus).












