Jakarta, ruangenergi.com- PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID, yang memegang peran sentral sebagai Holding Industri Pertambangan, terus memperkuat tata kelola perusahaan, manajemen risiko, dan integritas di seluruh lini bisnisnya. Upaya ini dilakukan demi mewujudkan visi besar perusahaan dalam mengelola sumber daya alam strategis negara secara akuntabel, transparan, dan berintegritas.
MIND ID menaungi sejumlah entitas besar seperti PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk, PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), PT Freeport Indonesia, dan PT Vale Indonesia Tbk. Grup MIND ID yang mengelola sumber daya mineral dan tambang strategis milik negara ini berkomitmen agar seluruh entitas di bawah holding dapat bergerak searah dengan visi tersebut.
Sebagai wujud nyata komitmen ini, Direktorat Manajemen Risiko, Legal, dan HSSE (Health, Safety, Security, and Environment) MIND ID baru-baru ini menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) Fungsi MRLHSSE Grup MIND ID di Jakarta.
Direktur Manajemen Risiko, Legal, dan HSSE MIND ID, Firman Shantyabudi, dalam sambutannya menegaskan bahwa kolaborasi lintas fungsi adalah kunci.
“Kita berjalan dalam satu visi yang sama, yang berlandaskan pada kreativitas dan kolaborasi. Setiap fungsi memiliki peran yang berbeda, tetapi semuanya harus bergerak sejalan,” ujar Firman.
Ia menekankan pentingnya menghilangkan “sekat-sekat” di antara unit-unit seperti hukum, tata kelola, manajemen risiko, dan HSSE. Menurutnya, sektor pertambangan tidak hanya penting dari sisi ekonomi, tetapi juga dalam memastikan keberlanjutan, keselamatan, dan tanggung jawab sosial.
“Empat fungsi utama manajemen risiko, tata kelola dan kepatuhan, hukum, serta HSSE harus saling terhubung dan berkolaborasi erat. Integrasi ini menjadi senjata utama untuk memperkuat sistem pertahanan perusahaan dalam pengambilan keputusan,” tegas Firman.
Firman juga menyoroti bahwa upaya ini tidak hanya sebatas internal. MIND ID juga mendorong koordinasi yang sinergis dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya agar kebijakan dan praktik tata kelola yang baik dapat berjalan terpadu.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa setiap tantangan atau peristiwa yang dihadapi harus dijadikan bahan evaluasi dan pembelajaran kolektif. “Kita ingin memastikan setiap kejadian menjadi bahan pembelajaran. Tidak hanya administrasi atau formalitas, tapi juga bagaimana setiap fungsi memahami konteks dan tanggung jawabnya dalam sistem yang lebih besar,” jelasnya.
Dalam arahannya, ia menyinggung budaya kesadaran risiko dan disiplin operasional. Ia menilai, kelalaian terhadap hal-hal kecil sering menjadi sumber utama masalah. Fungsi manajemen risiko, baginya, tidak hanya memetakan risiko, tetapi yang terpenting adalah kemampuannya mendeteksi potensi ancaman sejak dini dan mencegah permasalahan sebelum terjadi.
Firman menutup dengan menyinggung perlunya keseimbangan antara kehati-hatian dan adaptivitas dalam dunia bisnis yang dinamis. “Kita percaya bisnis tidak ada yang tidak ada resiko, tapi bagaimana kita mampu sekali lagi mengantisipasi itu menjadi jawaban kita, dan apakah kita mampu melakukan itu dengan hati-hati,” pungkasnya.
Rakor ini melibatkan Divisi Manajemen Risiko, Divisi GCG, Divisi Hukum, dan Divisi HSSE, yang akan membahas topik strategis, mulai dari evaluasi efektivitas sistem pengendalian internal, identifikasi risiko hukum, hingga penerapan budaya keselamatan dan kepatuhan. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi forum koordinasi dan sarana memperkuat budaya kolaborasi dan pembelajaran antar fungsi di Grup MIND ID.











