Jakarta, Ruang Energi.Com- Pengamat minyak dan gas (migas) Universitas Trisakti Pri Agung menilai kemenangan Joe Biden dalam pemilu presiden Amerika Serikat tidak akan berdampak signifikan terhadap industri migas nasional.
Sebab, sosok Biden bukanlah penentu bagi industri migas dunia, termasuk Indonesia. Sejatinya bisnis migas dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global, terutama permintaan dan pasokan di pasar dunia.
“Tidak akan relatif banyak berbeda, karena pada dasarnya bukan keduanya yang secara langsung akan memberikan impact,” kata Pri Sabtu(7/11/20).
Meski demikian, ia mengakui bahwa Trump dan Partai Republik lebih identik dan pro terhadap industri migas. Namun keberpihakan itu memberi ruang lebih besar bagi aktivitas shale oil and gas yang membawa konsekuensi pada produksi berlimpah sehingga membuat harga terkoreksi dan rendah.
Sementara Biden dan Partai Demokrat lebih identik dengan non-fosil. Memang dalam teori global kubu tersebut dipandang akan merugikan industri migas. Namun, pada prakteknya bukan berarti akan mematikan industri migas.
Namun lebih pada bagaimana mengendalikan pasokan. Memang di tangan Biden, kemungkinan industri migas tidak akan terlalu bergairah dibanding di masa pemerintahan Trump.
Hanya saja dari sisi keseimbangan pasokan dan permintaan justru lebih baik. Pasokan migas dari AS akan relatif lebih terkendali dan tentu berdampak pada harga yang akan lebih baik.
Ia menambahkan psikologis pasar lebih nyaman dan berharap atas kemenangan Biden. Hal ini dikarenakan Trump dalam satu periode kepemimpinannnya seringkali menciptakan ketidakpastian yang tinggi terhadap ekonomi dunia.
“Jadi dengan kata lain, mana di antara Trump atau Biden yang akan lebih baik bagi industri migas kita? Sebenarnya akan lebih direfleksikan pada bagaimana impact keduanya terhadap perkembangan ekonomi global secara keseluruhan,” pungkas Pri.