Hadapi Kondisi Triple Shocks, Pertamina EP Lakukan Konversi Power Supply

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.comPT Pertamina EP terus melakukan optimalisasi kegiatan operasional hulu migas serta upaya efisiensi agar tetap bisa berinovasi dan survive. Hal ini untuk mengantisipsi dampak fluktuasi harga minyak dunia, penurunan penjualan dan fluktuasi nilai tukar rupiah atau yang populer dengan triple shocks terhadap industri huku minyak dunia termasuk Pertamina.

Salah satu upaya efisiensi yang sedang dilakukan oleh anak perusahaan PT Pertamina (Persero) dan juga di bawah pengawasan SKK Migas ini, adalah unit usaha di wilayah kerja Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field mulai membuahkan hasil yang menggembirakan, dimana berhasil melakukan efisiensi dalam hal konversi Power Supply dari Diesel Engine Generator menjadi Power Supply dari PLN.

Menurut Field Manager Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field, Indarwan Harsoni, program ini merupakan komitmen antara PT Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field dan PLN yang telah dilakukan sejak 20 Februari 2019 melalui Pembangunan Power Plant Pad A dan Pad B menggunakan Diesel Rotary UPS System/DRUPS.

“Program ini juga merupakan salah satu Breakthrough Project PT Pertamina EP Asset 4 dengan target penyelesaian pekerjaan di tahun 2021,” kata pria yang biasa disapa Soni itu dalam pesan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (15/11/2020).

Ia mengatakan, bahwa kebutuhan listrik merupakan jantung penggerak fasilitas operasi produksi, karena selama ini Sukowati Field Pad A dan B memiliki Power Plant sendiri. Fasilitas ini membutuhkan daya masing- masing sekitar 400 kW yang digunakan untuk mengoperasikan Water Injection Pump, ESP dan utilities lainnya.

“Namun dengan konversi Power Supply dari Diesel Engine Generator ke PLN di Pad A dan Pad B ini, dapat memicu efisiensi biaya operasional akibat penurunan Fuel Consumption dengan total beban eksisting sebesar Rp 625,575,848 per bulan dari biaya operasional sebelumnya sebesar Rp 1,166,632,745 per bulan,” tukasnya.

Artinya , kata dia, ada penghematan biaya operasional sebesar Rp 541,056,896 per bulan (setelah menggunakan Power PLN) dan masih bisa ditingkatkan efisiensi nya dengan optimalisasi ketersediaan Power sampai dengan 800 kW (Pad A & B).

“Hal ini merupakan komitmen Sukowati Field untuk melakukan cost reduction dan merealisasikan Breakthrough Project, terutama pada saat penurunan harga minyak dunia di tengah pandemi Covid-19,” kata Soni.

Lebih jauh ia mengatakan, bahwa saat ini pihak PLN sudah menyelesaikan pembangunan gardu di area Sukowati Pad A dan Pad B, sehingga terdapat potensi percepatan penyambungan Power Supply yang bisa dilakukan untuk Program PLN-isasi tanpa menggunakan Diesel Rotary UPS System (DRUPS) agar bisa dilakukan proses efisiensi operasional lebih dahulu dengan menggunakan sistem sewa jaringan.

“Adapun beban operasional eksisting yang ada di Pad A adalah sekitar 153 kW untuk beban Pompa Injeksi (diluar beban ESP dan utilities lainnya) dan beban operasional eksisting di Pad B adalah sekitar 210 kW untuk pompa injeksi dan 1 unit ESP (di luar beban ESP lainnya dan utilities lainnya),” papar Soni.

Melihat total beban dari masing-masing Pad A dan B, lanjut dia, maka ketersediaan jaringan sewa yang disediakan untuk Pad A dan B adalah 400 KW. Jaringan sewa ini disambungkan dari Gardu milik PLN melalui Kabel menuju Trafo di dalam area masing-masing Pad A dan B.

“Kemudian didistribusikan melalui Panel Distribusi di titik tiap-tiap lokasi serta Diesel Engine Generator yang sebelumnya dijadikan Main Power Supply akan di berubah menjadi Back Up Unit,” ujarnya.

Knversi Power Supply dari Diesel Engine Generator ke PLN di Pad A dan Pad B ini sudah berlangsung sejak 16 September 2020 dengan pembebanan Tahap pertama adalah untuk beban Pompa Injeksi di masing-masing Pad A dan B untuk melihat kestabilan Power Supply dari pihak PLN.

Tahap Kedua
Setelah dimonitor sejak 16 September 2020 kondisi Power Supply dari PLN stabil maka dilanjutkan ke tahap kedua untuk penambahan beban ESP di Pad B dimana kondisi ini sudah berjalan sejak tanggal 4 November 2020 dan akan terus dimonitor dan dievaluasi kestabilan power dari pihak PLN.

“Tahap selanjutnya akan dilakukan penambahan beban dengan penambahan ESP dan beban utilities lainnya sampai dengan beban tersedia di masing – masing Pad A dan B sebesar 400 kW dapat di Optimalkan,” tukasnya.

Selain efisiensi, kata Soni, program konversi ini juga memberikan manfaat lain yang diperoleh yakni penurunan emisi karbon dari penggunaan fuel Consumption menjadi berkurang karena sudah beralih ke Power PLN.

Ia juga mengapresiasi Breakthrough Project Pertamina EP Asset 4 untuk program Konversi Power dapat direalisasikan lebih awal pada akhir tahun 2020 yang sebelumnya ditergetkan 2021.

“Konversi Power Supply dari Diesel Engine Generator ke PLN di Pad A dan Pad B ini dapat terwujud berkat usaha dan perjuangan teman-teman semua sehingga dapat memicu penghematan biaya yang cukup signifikan dan dapat mengurangi cost per barrel di Sukowati Field. Saya sangat berterima kasih kepada para perwira-perwira Sukowati Field yang telah bekerja keras tidak kenal lelah, untuk memajukan Sukowati Field,” pungkas Soni.(SF)