Jakarta, Ruangenergi.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggelar Capaian Kinerja Sektor ESDM tahun 2020 dan Rencana Kerja tahun 2021.
Dalam paparannya, Menteri ESDM, Arifin Tasrif, mengungkapkan, pertama di sektor Minyak dan Gas Bumi (Migas), kemudian listrik dan EBTKE (Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi), selanjutnya disektor Mineral dan Batubara (Minerba), badan Geologi dan penghargaan-penghargaan yang diperoleh Kementerian ESDM di tahun 2020. Kedua, mengenai program dan prioritas Kementerian ESDM di tahun 2021.
Anggaran Kementerian ESDM sebagain besarnya digunakan untuk belajar infrastruktur, realisasi anggaran tahun 2020 sebesar Rp 5,8 Triliun (T) atau 93,8% dari pagu total sebesar Rp 6,2 T.
“Realisasi tahun 2020 ini merupakan realisasi yang terbesar selama 11 tahun terakhir. Di samping itu, kinerja pengelolaan anggaran ditandai dengan SMART yang mencapai 90,61%. Ini lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mencapai 79,62%,” ungkapnya secara Virtual, (07/01/2021).
Sementara Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) sebesar 94,62%, ini lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 91,17%.
Selain itu, laporan keuangan Kementerian ESDM memperoleh predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 4 tahun berturut-turut (2016-2019).
Untuk tahun 2021, Kementerian ESDM mendapatkan alokasi APBN Rp 7 T.
Kemudian, untuk realisasi program BBM Satu Harga, yang mana program ini efektif menurunkan harga Premium dan Solar di 253 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Di tahun 2020 Pemerintah sudah membangun sebanyak 83 lokasi lembaga penyalur dan akan menambah sebanyak 76 lokasi lembaga penyalur di 2021. Dan di tahun 2024 kita targetkan sampai 500 lembaga penyalur,” katanya.
Kemudian, untuk jaringan gas rumah tangga, untuk memanfaatkan agar dimaksimalkan secara maksimal. Manfaatkan Jargas bagi rumah tangga, pasalnya Jargas lebih praktis, bersih dan aman dibandingkan tabung LPG 3 Kg.
Pada tahun 2020 dibangun Jargas 235.286 SR di 23 Kabupaten/Kota dan tahun 2021 ditargetkan sebanyak 120.776 SR.
Sementara, realisasi lifting migas tahun 2020 mencapai 1.682 mboepd atau 99,1% dari target sebesar 1.697 mboepd 111% dari target (terdiri atas lifting minyak 705 MBOPD dan lifting gas 992 mboepd). Kemudian untuk di 2021, Kementerian ESDM menargetkan lifting migas sebesar 1.712 mboepd.
Untuk penyesuaian harga gas (US$6 per MMBTU), lanjut Arifin, dilakukan untuk meningkatkan daya saing industri nasional dan mendukung penyediaan tarif listrik buang kompetitif pada 2020.
Tahun 2020 sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM nomor 89K tahun 2020 dan nomor 91K tahun 2020, telah dilakukan penyesuaian harga gas untuk 2601 BBTUD yang dialokasikan untuk industri tertentu sebesar 1.205 BBTUD atau 18% dari target lifting gas APBN, dan untuk pembangkit listrik PLN sebesar 1.396 BBTUD atau 21% dari target lifting gas APBN.
Adapun rincian untuk industri tertentu diantaranya : 784 BBTUD untuk industri pupuk; 10 BBTUD untuk industri baja; 326 BBTUD melalui PGN; 53 BBTUD melalui Pertamina (non-PGN); 32 BBTUD melalui Badan Usaha Niaga lain.
Sementara, untuk pembangkit PLN, di antaranya : 442 BBTUD melalui gas pipa; 345 BBTUD LNG; 315 BBTUD melalui PGN; 193 BBTUD melalui Pertamina (Non-PGN); 101 BBTUD melalui Badan Usaha Niaga umum.
Sementara, rasio elektrifikasi tahun 2020 dalam 6 tahun terakhir meningkat 14,85%, dari tahun 2014 sebesar 84,35% menjadi 99,20% di tahun 2020.
“Tahun 2021 kita targetkan mencapai 99,9%. Jika dilihat masih ada 1 wilayah yang rasio elektrifikasi sebesar 88% yakni di NTT,” tukasnya.