Jakarta, Ruangenergi.com – PT Pertamina (Persero) mengungkapkan pihaknya tidak akan melanjutkan pembangunan proyek Grass Root Refinery (GRR) Kilang Bontang, Kalimantan Timur.
Akan tetapi, Perseroan tetap melanjutkan pembangunan GRR Kilang Tuban, Jawa Timur, hal tersebut dikatakan oleh VP Strategic Planning Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional Prayitno, dalam diskusi secara virtual.
Ia menambahkan, salah satu sebab pembangunan kilang Bontang dihentikan yakni pasca berakhirnya kerjasama dengan perusahaan migas asal Oman yaitu Overseas Oil and Gas LLC (OOG). Padahal, pada 2018 lalu, Pertamina telah melakukan penandatanganan perjanjian Framework Agreement dengan OOG, untuk pembangunan kilang berkapasitas 300.000 barel per hari (bph).
“Yang saya pahami rencana kerjasama yang dulu sudah diputuskan untuk tidak berlanjut, Kilang baru di Tuban,” ungkap Prayitno, (22/01).
Meski proyek Kilang Bontang merupakan Proyek Strategi Nasional (PSN), akan tetapi Perseroan memutuskan untuk tidak melanjutkan pembangunan kilang Bontang tersebut.
Saat dihubungi Ruangenergi.com, Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan, penghentian pembangunan kilang Bontang merupakan langkah tepat yang diambil perusahaan pelat merah tersebut.
“Penghentian pembangunan kilang di Bontang merupakan langkah yang tepat. Hal ini dikarenakan, program RDMP Kilang Balikpapan yang berjalan saat ini sudah terintegrasi dengan petrokimia. Melalui program Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan, kebutuhan akan BBM untuk Indonesia Timur akan bisa dipenuhi,” tutur Mamit.
Menurutnya, jika Perseroan tetap melanjutkan pembangunan kilang Bontang, tentunya hal itu akan menimbulkan persaingan market sesama Pertamina.
“Jadi, jika Kilang Bontang jadi dibangun maka akan ada persaingan market sesama Pertamina. Selain itu, untuk membangun kilang baru dibutuhkan biaya yang besar. Pertamina harus mencari partner yang komit dan tidak neko-neko jika ingin di lanjutkan ke depannya,” ungkap Mamit.
“Tapi sekali lagi, jika dibangun maka akan ada persaingan sesama Pertamina. Belum lagi ke depan akan ada shifting energi dengan mulai merebaknya EV (Electric Vehicle),” tandasnya.