PLN Tidak Lagi Membangun PLTU Batubara

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruang Energi– M.Ikhsan Asaad, Direktur Mega Project dan EBT PLN dalam acara National Energy Week (NEW) yang diselenggarakan oleh Komunitas Migas Indonesia chapter Rusia dan Eropa Timur (KMI RET), menyatakan PLN selaku perusahaan BUMN yang memiliki peran penting menghidupi 270 juta rakyat Indonesia sangat mendukung pengembangan EBT dengan tidak lagi membangun fossil energy-based plant dan menyatukan visi untuk menggerakan ekonomi Indonesia.

Dalam pemaparannya Ikhsan menjelaskan, bahwa peran PLN untuk mendorong EBT dengan menempatkan PLT EBT sesuai dengan kondisi daerah setempat yang efektif, efisien, dan mempercepat agar angka 23% EBT di 2025 dapat terealisasikan yang mana saat ini masih jauh di angka 12.6%, sebagai contoh PLTS dikembangkan di wilayah timur yang memiliki radiasi matahari tinggi dan PLTA dikembangkan di wilayah Sumatera yang memiliki sumber air melimpah.

Selain itu PLN memiliki beberapa program untuk mewujudkan EBT yang berdaulat yaitu Green Booster Program yakni program mengkonversikan batubara dengan biomassa yang mana dibutuhkan setidaknya 8 juta ton biomassa per tahun, lalu program Diesel Conversion, dan program Multipurpose DAM dengan memanfaatkan lokasi lebih di area PLT untuk menanam tanaman Kaliandra oleh penduduk lokal yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk produk biomassa. Dan tidak ketinggalan program REBID yang menjadi fokus PLN.

Sementara itu, Direktur Jenderal EBTKE KESDM, Dadan Kusdiana, menuturkan bahwa pemerintah menargetkan 29% penurunan Gas Rumah Kaca atau 314 juta ton CO2 di tahun 2030 dan memiliki Grand Plan pengembangan EBT sampai tahun 2035 dengan strategi substitusi energi final, konversi energi primer fosil, penambahan kapasitas EBT secara bertahap, serta pemanfaatan EBT non listrik/non BBN.

Ketua Umum METI  menegaskan, untuk terlibat mendorong energi transisi dari fossil ke EBT. Surya Darma menyebutkan posisi sumber energi fosil kini kian kritis yang mana sekarang penggunaan fosil masih tinggi diangka 90% dimana 65% merupakan import.

ET menjamin ketersediaan dan ketahan energi karena tidak akan habis. Hal ini menjadi desakan dari global yang mana di tahun 2050 akan terealisasi net zero karbon dengan energi terbarukan.

METI mengusulkan inisiatif yakni Indonesia RE 50/50 initiative yang memiliki misi memenuhi target menuju net zero tahun 2050 dengan 50% ET.

Disamping itu PT Geodipa Energi selaku satu satunya BUMN yang bergerak di bidang panas bumi turut andil peran dalam pengembangan EBT dengan memanfaatkan sebaik mungkin potensi panas bumi yang ada agar mencapai 675 MW di tahun 2027 yang mana saat ini masih jauh di angka kisaran 110 MW.

Dirut PT. Geodipa Energi, Riki Ibrahim menyebutkan PT. Geodipa memiliki peran dalam menurunkan resiko panas bumi dan sebagai barometer penentu harga. Selain itu dia juga menyebutkan PT. Geodipa selaku BUMN berkomitmen mengajak masyarakat daerah untuk langsung berkontribusi dalam pembangunan EBT, agar 2045 Indonesia sudah mampu mengembangkan EBT buatan negeri.

Dalam mewujudkan EBT yang merata memang sudah seharusnya seluruh rakyat ikut andil bagian. Seperti yang disebutkan oleh Ibu Tri Mumpuni selaku Aktivis Energi Desa dan Ilmuwan PLTMH Dunia bahwa masyarakat lokal di pedesaan harus diberikan pelatihan atau pengajaran tentang fasilitas, perawatan, dan pengoperasian EBT agar dapat sustainable. EBT yang sustainable ini dengan melibatkan rakyat setempat dapat mengurangi jumlah kemiskinan dan tentunya combat economic inequality. Dalam closing statement nya beliau menyebutkan bahwa kita bersama harus dapat membuat dan mewujudkan demokrasi energi sehingga rakyat bisa menciptakan ekonomi sendiri dan pemerintah membuat policy dukungan dan akses financial.