Adaro Energy

Hilirisasi Batubara, PTBA Tingkatkan Volume Produksi 2021 sebesar 29,5 Juta Ton

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.comPT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan pihaknya mematok target volume produksi batubara di tahun 2021 sebesar 29,5 juta ton. Di mana, target tersebut naik realisasi produksi tahun 2020 yang mencapai 24,8 juta ton.

Tidak hanya produksi, PTBA juga menargetkan kenaikan penjualan dari 26,1 juta ton di tahun 2020 menjadi 30,7 ton di tahun 2021.

Dalam press conference kinerja PTBA per 31 Desember 2020, secara virtual, Direktur Utama PTBA, Arviyan Arivin, mengungkapkan bahwa untuk mencapai target tersebut, Perseroan telah meningkatkan investasi dalam pengembangan diversifikasi dan hilirisasi batubara.

Untuk tahun 2021, Perseroan telah merencanakan investasi sebesar Rp 3,8 triliun untuk kedua sektor tersebut.

“Pada 2021, Perseroan akan meningkatkan investasi dalam mengembangkan diversifikasi usaha, hilirisasi batu bara. Total investasi yang direncanakan pada 2021 untuk sektor tersebut adalah sebesar Rp 3,8 triliun,” papar Arviyan, (13/03).

Ia menambahkan, kinerja operasional dari sisi produksi, PTBA mampu memproduksi 24,8 juta ton batu bara hingga Desember 2020 atau 99% dari target yang telah disesuaikan menjadi 25,1 juta ton.

Sementara, kinerja angkutan batubara juga menunjukkan performa yang terjaga dengan kapasitas angkutan batu bara tercatat mencapai 23,8 juta ton naik 3 persen dari target tahun ini. Serta kinerja penjualan batubara yang terealisasi sebesar 26,1 juta ton atau naik 5% dari target 2020.

Ia mengemukakan bahwa, Perusahaan masih mencetak kinerja positif hingga Desember 2020, meski terimbas pandemi Covid-19 serta fluktuasi dan lesunya harga batu bara dunia.

Perusahaan pelat merah ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 2,4 triliun. Sementara dari sisi pendapatan, PTBA membukukan Rp 17,3 triliun.

Lalu, aset perusahaan per Desember 2020 tercatat masih kuat berada di angka Rp 24,1 triliun, dengan komposisi kas setara kas dan deposito berjangka di atas 3 bulan sebesar Rp 5,5 triliun atau 23% dari total aset.

Ia menjelaskan, kinerja PTBA sepanjang tahun 2020 terdampak pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India.

Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas PTBA. Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batubara domestik.

Menurutnya, harga batubara selama tahun 2020 juga menjadi tantangan tersendiri bagi PTBA. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) sangat berfluktuasi sepanjang 2020.

“Berawal di angka US$ 65,93 per ton di awal Januari 2020 dan sempat menyentuh titik di bawah US$ 50 per ton pada September 2020,” imbuhnya.

Ia melanjutkan, HBA mulai merangkak naik dalam 3 bulan terakhir di 2020 dan menyentuh angka US$ 59,65 per ton pada Desember 2020. Kenaikan ini seiring dengan mulai pulihnya permintaan batubara di pasar global.

Meski demikian, kata Arviyan, HBA sepanjang 2020 merupakan yang terendah selama 4 tahun terakhir dengan berada di level US$ 58,17 per ton.

Untuk itu, perseroan telah memiliki beberapa strategi efisiensi sepanjang 2021. Dijelaskan oleh Arviyan efisiensi merupakan salah satu strategi PTBA untuk menjaga dan mencatatkan kinerja positif di tengah volatilitas harga dan berkurangnya permintaan pasokan batu bara.

Selain itu, katanya, ada beberapa strategi efisiensi yang telah dilakukan PTBA di segala lini dengan terus melakukan upaya penurunan biaya usaha dan pengendalian biaya pokok produksi melalui penerapan optimalisasi di setiap lini operasi.

“Masih terjaganya kinerja operasional perusahaan sepanjang tahun 2020 tak lain merupakan hasil dari penerapan operational excellence yang berkelanjutan dan perluasan pasar yang menjadi strategi perusahaan dalam menjalankan bisnis di tahun ini,” tandas Arviyan.