Kebun PLTS

Komitmen Menuju Energi Bersih, Manfaatkan Sumber Daya Domestik dan Teknologi

Jakarta, Ruangenergi.com – Sebagai bagian dari global dan juga komitmen dalam Paris Agreement, Indonesia tengah melakukan transisi energi ke arah yang lebih bersih dengan memanfaatkan sumber daya domestik serta teknologi.

Hal tersebut dikatakan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, saat dihubungi Ruangenergi.com, (19/05).

Di mana dalam komitmen global Perjanjian Paris tersebut, Pemerintah berkomitmen untuk menjaga kenaikan temperatur global tidak melebihi 2 derajat Celcius, dan mengupayakan menjadi 1,5 derajat Celcius.

Terlebih lagi, Indonesia memiliki target dalam bauran energi nasional pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% hingga 2025. Sebagaimana komitmen Indonesia dalam amanat Undang-Undang nomor 16 tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement yakni menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan bantuan internasional pada 2030 sesuai NDC (Nationally Determined Contribution).

Pemerintah terus berupaya mengurangi emisi GRK sebesar 314-398 juta ton CO2 pada 2030 mendatang, melalui pengembangan EBT, pelaksanaan efisiensi energi dan konservasi energi, serta penerapan teknologi energi bersih.

“Indonesia, sebagai bagian dari global dan juga komitmen dalam Paris Agreement, sedang melakukan transisi energi dengan memanfaatkan sumber daya domestik serta teknologi. Maka dari itu, dilakukan percepatan pemanfaatan energi bersih dan terbarukan,” kata Dadan.

Ia menambahkan, untuk energi yang bersumber dati fosil akan dilakukan dengan menggunakan teknologi yang lebih efisien dan bersih. Sehingga penggunaan akan lebih dikurangi.

“Untuk energi fosil didorong pemanfaatan teknologi yang lebih efisien dan bersih. Ini nantinya akan secara simultan mengurangi penggunaan energi fosil yang untuk beberapa jenis masih impor,” tuturnya.

Menuju Zero Emission

Secara terpisah, Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma, mengungkapkan bahwa International Energy Agency (IEA) telah meluncurkan konsep transisi energi dalam mencapai Zero Emission pada 2050 mendatang.

Menurutnya hal ini akan menjadi acuan bagi banyak negara untuk juga membuat sebuah peta jalan menuju karbon netral pada tahun 2050.

“IEA, kemarin baru saja meluncurkan sebuah konsep yang lebih konkret terhadap Net Zero Emision pada tahun 2050,” papar Surya, kepada Ruangenergi.com.

Ia menjelaskan, bagi Indonesia yang sekarang bertumpu lebih dari 63% listrik pada batubara, kemudian sekitar 24% pada migas dan hanya sekitar 13% pada energi terbarukan akan menghadapi berbagai tantangan untuk mewujudkannya.

“Karbon netral berarti harus seimbang antara yang dihasilkan dengan yang menyerap karbon. Jika mayoritas hanya menghasilkan sedang yang menyerap relatif sangat kecil, pasti sulit mewujudkan karbon netral. Karena itulah, upaya percepatan pemanfaatan energi terbarukan adalah sebuah keharusan,” imbuhnya.

Tata Ulang Program Pemanfaatan Energi 

Selain itu, Surya meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ada baiknya mulai menata ulang program pemanfaatan energi Indonesia agar ada road map menuju carbon neutrality.

Menurutnya, Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang sekarang ada, dengan target ET (Energi Terbarukan) 31% tahun 2050 itu minimal yang dituju. Akan tetapi, katanya, belum cukup untuk memenuhi karbon netral, sehingga perlu adanya tambahan target.

“Karena itu METI mengusulkan ada inisiatif ET 50% pada tahun 2050. Dengan target ini akan ada penurunan penggunaan energi yang menghasilkan karbon lebih banyak seperti batubara akan berkurang,” bebernya.

Lebih jauh, ia menerangkan, perlu adanya reorientasi pemanfaatan energi fosil, sebab mengingat ketergantungan Indonesia pada sumber daya alam sebagai penghasil devisa, maka bisa dimanfaatkan secara optimum.

“Perlu ada reorientasi pemanfaatan energi fosil selain untuk energi dan listrik,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *