Jakarta, ruangenergi.com – Deputi Keuangan dan Monetisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Arief Setiawan Handoko menjadi pembicara kuncu dalam acara Webinar Arah Baru Industri Migas” Peran Asuransi Dalam Menunjang Kegiatan Hulu Migas” menyampaikan empat strategi yang akan ditempuh untuk mencapai target lifting minyak 1 juta barel tahun 2030.
Pertama, mempertahankan tingkat produksi eksisting yang tinggi. Kedua, transformasi sumber daya ke prduksi. Ini dilakukan dengan memberikan insentif Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
“Sehingga mencapai keekonomian yang wajar, kami terus laksanakan analisis dengan kerja sama dengan pihak ketiga melihat adanya potensi di wilayah kerja di masing-masing KKKS percepat agar potensi ini bisa segera dilaksanakan produksi,” ujar Arief dalam sebuah diskusi virtual yang dihelat oleh Energy Watch dan Ruang Energi, Rabu (14/7).
Lebih jauh Arief menambahkan, Ketiga adalah mempercepat chemical EOR. Arief berharap Blok Rokan yang studinya sudah dilakukan sejak tahun 2000 harus bisa dieksekusi.
Terakhir, eksplorasi untuk mendapatkan penemuan besar. Ia mengatakan ada 12 potensi yang selama ini terus ditawarkan.
Dari pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan kebijakan pembukaan data. Diharapkan akan memudahkan akses investasi. “3 Sumatra, 3 Kalimantan, 1 Jawa, 1 Sulawesi, 4 di Indonesia Timur termasuk Papua, dan 2 fokus deep water,” kata Arief
Seperti diketahui, target lifting minyak tahun depan diproyeksikan akan turun jauh di bawah target APBN tahun 2020 sebesar 755 ribu BOPD menjadi 690 ribu BOPD hingga 710 ribu BOPD. Lalu target produksi tahun ini juga sudah dikoreksi menjadi 705 ribu BOPD.
Arief juga mengapresiasi dukungan asuransi dalam menunjang kegiatan hulu migas.
“Semoga dukungan asuransi dan stakeholder sektor migas dapat mewujudkan mimpi terwujudnya lifting 1 juta barel”, pungkas Arief