Mamit Setiawan

Mamit: Teknologi CCUS untuk Pembangkit Listrik Masih Dalam Kajian

Jakarta, Ruangenergi.comDirektur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, menilai teknologi Carbon Capture Ulitization and Storage (CCUS) yang akan diterapkan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) masih dalam kajian dan riset.

Pasalnya, PLN berencana tidak akan mempensiunkan seluruh PLTU dengan kapasitas sebesar 49 Giga Watt (GW), akan tetapi hanya sebesar 1 GW saja. Sebab PLN akan menggunakan teknologi CCUS untuk keperluan pembangkit listriknya.

Mamit menjelaskan, dalam mengembangkan teknologi CCUS membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga dibutuhkan kajian untuk pengembangannya agar menjadi ekonomis dan tidak memberatkan PLN ke depannya dalam menerapkan teknologi CCUS tersebut.

“Bicara kesiapan saya kira perlu pengembangan lebih dalam lagi, sehingga teknologi ini bisa lebih murah dan menguntungkan. Akan tetapi bicara untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) saya kira ini salah satu solusi teknologi untuk mengurangi emisi GRK,” katanya dalam sebuah wawancara dengan TV CNBC Indonesia, (02/08).

Ia melanjutkan, akan tetapi perlu penelitian dan riset yang lebih dalam lagi. Dengan demikian industri dalam negeri dapat berkembang.

EBT Lebih Ekonomis

Jika dibandingkan antara teknologi CCUS dengan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Mamit mengatakan, saat ini pembangkit listrik EBT dalam proses transisi energi.

“PLN juga sudah mempersiapkan bahwa mereka sudah mempunyai untuk repairment PLTU-PLTU mereka sampai dengan 2060, bahkan ini akan menjadi Zero Emission. Menurut saya secara keekonomian jauh lebih ekonomis untuk mengembangkan EBT untuk saat ini. Kondisi saat ini, di mana kita masih over supply listrik, EBT masih menjadi pertimbangan, biar bagaimanapun biaya yang dihasilkan EBT masih cukup tinggi, tapi jika dibandingkan dengan teknologi CCUS, EBT lebih murah untuk dikembangkan.

Ia mengungkapkan, PLN juga sedang mengembangkan pembangkit-pembangkit listrik Cofiring. Ini menjadi salah satu upaya mereka (PLN) dengan energi yang murah dengan Biomass mereka ini lebih kerakyatan, karena PLN mengajak para petani untuk menanam tanaman seperti Ganal untuk digunakan sebagai subtitusi penggunaan batubara.

“Buat saya, Cofiring yang dilakukan oleh PLN menjadi suatu project yang bagus sekali. Di samping EBT nya dapat, optimalisasi daripada masyarakat dapat berjalan dengan baik, karena para petani diajak untuk menanam pohon untuk menunjuk pembangkit listrik Cofiring tersebut,” paparnya.

Bicara potensi, lanjutnya, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar terhadap potensi EBT, salah satu panas bumi. Dia mengatakan, bagaimana nantinya panas bumi akan menjadi suatu value agar tidak hanya menghasilkan listrik, melainkan ke depan akan menjadi suatu green ekonomi dengan pengembangan-pengembangan potensi yang lain.

“Begitupun dengan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), saya kira memiliki potensi yang besar. Jangan sampai pengembangan EBT ini membebani masyarakat, saat ini harga listrik dari EBT cukup tinggi ketimbang listrik yang dihasilkan dari PLTU. Ke depan saya berharap harga EBT dapat jauh lebih kompetitif dan tidak membebankan masyarakat,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *