Jakarta,ruangenergi.com-Fokus Shell Indonesia,anak usaha dari Royal Dutch Shell Plc,adalah untuk mengembangkan aktivitas lini usaha hilir migas di Indonesia yang telah dioperasikan selama ini.
Kemudian mengenai upaya untuk menekan emisi karbon, Shell Indonesia berfokus untuk menjalankan strategi Powering Progress yang dicanangkan Shell secara global.
“Hal ini mencakup inisiatif berkelanjutan dalam upaya kami untuk mengurangi emisi karbon melalui portofolio produk rendah emisi yang kami tawarkan seperti Shell Shell V-Power Nitro+ yang telah memenuhi standar EURO 4 dan Shell V-Power Diesel yang telah memenuhi standar EURO 5 dengan kadar sulfur ultra rendah 10ppm,” kata Presiden Direktur dan Country Chair untuk Shell Indonesia Dian Andyasuri menjelaskan secara virtual kepada ruangenergi.com, Selasa (17/08/2021) di Jakarta.
Dian lantas bercerita,untuk mobil bertenaga listrik, Shell juga telah menyediakan fasilitas pengisian daya Shell Recharge yang dapat dikunjungi pelanggan di SPBU Shell Pluit Selatan 1 dan SPBU Shell Antasari.
Di bisnis pelumas, sepanjang tahun 2021 Shell telah meluncurkan berbagai pelumas netral karbon yang didukung oleh mekanisme carbon offset atau penyeimbangan karbon dari proyek Solusi Berbasis Alam (Nature-based Solutions/NBS) milik Shell.
“Selain melalui produk yang ditawarkan, Shell juga menggunakan alternatif energi yang lebih ramah lingkungan dalam kegiatan operasi sehari-hari, misalnya dengan penggunaan LED dan panel surya di beberapa SPBU yang ada di Indonesia saat ini,” ungkap Dian.
Sejarah Shell di Indonesia
Royal Dutch Shell plc didirikan di Den Haag pada tahun 1890, namun sejarah Shell di Indonesia dimulai sejak tahun 1884 ketika warga negara Belanda, Aeilko Jans Zijlker, menemukan jejak minyak di Sumatra. Dengan lisensi yang diperoleh dari penguasa setempat, Sultan Langkat, dia menggali sumur pertamanya yang ternyata kering.
Setahun setelahnya, dia menggali Telaga Tunggal 1 di Pangkalan Brandan Sumatra Utara dan kali ini dia menemukan minyak dari Telaga Tunggal 1 dan mulai berproduksi dalam kuantitas komersial.
Pada tahun 1890, Ziljker mengubah “Provisional Sumatra Petroleum Company” miliknya menjadi sesuatu yang lebih substansial, dan pada tanggal 16 Juni, piagam perusahaan Royal Dutch Petroleum Company didirikan di Den Haag. Sejak itulah Royal Dutch Shell plc/Shell Group of Companies ada di Indonesia dalam berbagai aktivitas bisnis.
Dalam beroperasi, strategi Shell difokuskan untuk memperkuat posisi sebagai pemain terdepan dalam industri minyak dan gas, sekaligus membantu memenuhi permintaan energi global dengan cara yang bertanggung jawab. Fokus aktivitas Shell juga bertumpu pada keselamatan dan tanggung jawab lingkungan dan sosial.