Kemenko Marves

Maksimalkan Pendapatan Negara di Bisnis Maritim, Kemenko Marves Siapkan Bisnis Bunkering MFO Rendah Sulfur di Selat Sunda

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Banten, Ruangenergi.com Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), melakukan kunjungan kerja ke Terminal Bahan Bakar Tanjung Gerem milik PT Pertamina (Persero), di Banten.

Kunjungan tersebut dilakukan oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kemenko Marves, Basilio Dias Araujo, pada (20/08).

Hal tersebut menindaklanjuti kerja sama Bunkering Marine Fuel Oil (MFO) low sulphur sesuai standar Organisasi Maritim Internasional (IMO) untuk kapal niaga antara Krakatau International Port (KIP) dan Pertamina Patra Niaga pada Juli 2021 lalu.

Basilio Dias mengatakan, kunjungan ini tak hanya untuk mempertegas komitmen Kemenko Marves dalam memaksimalkan pendapatan negara di bisnis maritim. Akan tetapi juga mendorong implementasi kerja sama pelayanan jasa antara KIP dengan Patra Niaga untuk Bunkering MFO low sulphur bagi kapal-kapal yang melintasi Selat Sunda.

Hal ini mencermati besarnya peluang ekonomi yang masih dapat dioptimalkan selama ini, terutama ribuan kapal baik ukuran besar dan kargo internasional yang melintas di sepanjang Selat Sunda.

Ia meyakini bahwa kerugian ekonomi dan hilangnya kesempatan akibat belum adanya jasa bunkering bahan bakar minyak untuk kapal di Selat Sunda hingga Selat Malaka sangat besar potensinya untuk dihilangkan.

Opportunity loss (hilangnya kesempatan) karena banyak kapal yang melintas di sepanjang selat Sunda untuk mengisi MFO low sulphur ini akan mampu menyumbang trilliunan untuk negara,” jelas Basilio.

Dia memperkirakan sekitar US$ 173 miliar adanya opportunity loss bila tidak dimanfaatkan dengan baik dari jasa bunkering, penggantian kru, dan penyediaan logistik dari kapal-kapal yang melewati Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, dan Selat Lombok.

Basilio Dias

Data tahun 2020, jumlah kapal yang melintas di sepanjang Selat Sunda sebanyak 53.068 kapal (dengan 150 kapal melintas per harinya), sedangkan di jalur Selat Malaka dan Selat Singapura berkisar 120.000 kapal (dengan 350 kapal melintas per harinya di Selat Malaka)

“Kita telah siapkan beberapa pelabuhan strategis di sepanjang selat-selat tersebut dengan bisnis MFO low sulphur ini,” urai Basilio.

Ia mengungkapkan, Pertamina Tanjung Gerem saat ini melayani lebih dari 1500 kiloliter untuk MFO baik bagi kapal dan industri di Cilegon-Banten.

“Kami yakin, melalui pengembangan bisnis MFO low sulphur di berbagai pelabuhan strategis, kedepannya, Indonesia bisa memberikan pelayanan terbaik (untuk bunkering MFO low sulphur) dan berani bersaing dengan negara tetangga lainnya,” ungkapnya.

Melalui kerjasama bisnis ini, imbuhnya, potensi ekonomi akan semakin meningkat dan kesiapan Kepelabuhanan Indonesia sebagai bagian dari rantai-pasok energi (energy security) khususnya penyediaan Bahan Bakar Kapal MFO Sulfur rendah 180 cSt (centistockes) bersama Pertamina Group dapat diandalkan.

“MFO dengan kandungan sulfur maksimal 0,5 persen mass by mass (m/m) ini merupakan bahan bakar kapal yang sesuai dengan mandatori International Maritime Organization mengenai bahan bakar kapal dengan kadar sulfur maksimal 0,5% wt yang berlaku mulai 1 Januari 2020,” tutupnya.