Optimis Melistriki Negeri di Era Transisi  Energi

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com- Ditengah situasi pandemi, tantangan dalam mengembangan energi baru dan terbarukan merupakan peluang dan tantangan . Era transisi energi perubahan cepat terjadi di sektor energi di dunia, baik dalam bentuk dekarbonisasi, digitalisasi, dan desentralisasi pembangkit, maupun penyediaan listrik yang menempatkan konsumen sekaligus menjadi produsen (prosumer).

Melalui pilar Green dalam transformasinya, PLN terus berupaya meningkatkan bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Komitmen tersebut tercermin melalui komitmen untuk mempercepat menyelesaikan pembangkit berbasis energi terbarukan, seperti PLTA Rajamandala  47 MW dan PLTS Terapung Cirata 145 MW.

Direktur Mega Project  & EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto  kepada ruangenergi.com menuturkan, program transformasi Green PLN menunjukkan komitmen PLN dalam pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).

“Selain 7900 MW pembangkit EBT yang sudah beroperasi, dalam 5 tahun kedepan juga disiapkan program-program pengembangan EBT. Saat ini,  ada 5000 MW pembangkit EBT dalam fasa konstruksi, 3500 MW pembangkit EBT dalam tahap perencanaan/study dan pendanaan,”tutur Wiluyo(28/8/21)

“Pada tahun 2021 ini ditargetkan 475 MW sampai 500 MW pembangkit EBT akan beroperasi secara komersil ,”tambahnya

Lebih lanjut  Wiluyo menjelaskankan, pada masa transisi energi ini beberapa upaya akan dilakukan oleh PLN antara lain, menyiapkan infrastruktur  EV berupa Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada 22 titik, tahun 2021 akan tambah lagi 16 lokasi, selain itu dalam ikut dalam konsorsium BUMN. dalam mendorong ekosistem EV di Indonesia.

“Program  dalam masa transisi energi ini adalah melakukan konversi 5200 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)  dengan kapasitas 2 Giga Watt (GW) menjadi pembangkit  ramah lingkungan, seperti PLTS, PLTBayu, dan Biomassa.  Program Cofiring PLTU dengan Biomassa juga terus dikembangkan dalam masa transisi ini,”tutup Wiluyo

Sebagai informasi,  inisiatif cofiring sudah PLN mulai sejak 2017 dengan ujicoba yang telah dilaksanakan pada 2019. Pada tahun 2020, PLN telah mengidentifikasi sebanyak 52 lokasi PLTU yang berpotensi untuk dilakukan co-firing dengan biomassa.  Secara bertahap, implementasi co-firing PLTU milik PLN akan berjalan sampai dengan 2024. Sampai saat ini PLN telah melakukan uji coba cofiring di 26 PLTU yang tersebar di seluruh Indonesia.

Komitmen PLN untuk melistriki negeri dengan energi baru dan terbarukan  mendapat dukungan sepenuhnya dari pemerintah. PLTA menjadi kontributor terbesar, yaitu sebanyak 4.750 MW atau  60 persen dari pembangkit EBT.

“Kami optimis di era transisi energi ini penyelesaikan pembangunan pembangit energi  bersih akan dipercepat. Porsi EBT di PLN di tahun 2021 sudah mencapai 8000 MW dan akan terus bertambah sampai 16.000 MW di tahun 2025”,tutup Direktur Mega Proyek & EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto

13 Kampung di Raja Ampat Papua Nikmati Listrik PLTS

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang tersebar di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. PLTS yang memanfaatkan sumber enargi baru dan terbarukan ini, dapat melistriki 887 rumah warga di 13 Kampung, antara lain di Kampung Solol, Bianci, Beo, Kalitoko, Wejim Timur, Wejim Barat, Satukurano, Atkari, Limalas Timur, Limalas Barat, Kayerepop, Kapatcol, dan Aduwey dengan total Kapasitas 710 kiloWatt-peak (kWp). Total investasi yang dikeluarkan oleh PLN sebesar 45 miliar rupiah.

“Ini merupakan komitmen PLN dalam menerangi kampung yang belum teraliri listrik di Wilayah Sorong, Papua Barat, dengan mengoptimalkan potensi energi baru dan terbarukan yang tersedia, yakni matahari. Kelistrikan di 13 Kampung tersebut langsung dinyalakan selama 24 jam, sehingga masyarakat dapat menikmati listrik untuk mengoptimalkan aktifitasnya sehari-hari”kata Wiluyo

Sebelumnya, pada tahun 2020 PLN telah melistriki beberapa kampung lainnya di Kabupaten Raja Ampat menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Total keseluruhan kampung berlistrik di kabupaten Raja Ampat sebanyak 67 Kampung sampai dengan tahun 2021.

Proses percepatan penyelesaian pembangunan hingga pengoperasian dilakukan dalam jangka waktu kurang dari dua bulan. Lama waktu pengerjaan pada setiap kampung tidak sama, hal ini dikarenakan faktor geografis yang berbeda-beda.

Walaupun terdapat kampung yang tidak memiliki dermaga sehingga kapal Papua Terang milik PLN harus berlabuh jauh dari tepi pantai kampung dan menurunkan tim, material serta alat kerja menggunakan speedboat kecil milik penduduk kampung setempat yang dilakukan secara bertahap.

“Daya terpasang saat ini di rumah warga yaitu sebesar 900 VA. PLTS yang telah beroperasi memiliki kapasitas daya yang cukup besar. Ini  merupakan bentuk antisipasi PLN apabila ke depannya terdapat pembangunan di kampung-kampung tersebut sehingga masyarakat dan pemerintah ingin menambah kapasitas dayanya di atas 900 VA”, pungksanya