APMI, Tito Loho

APMI Apresiasi SKK Migas Gelar FGD Long Term Planning Sebagai Acuan Investasi Kontraktor Pemboran

Jakarta, Ruangenergi.com Asosiasi Perusahaan Pemboran Migas dan Panas Bumi Indonesia (APMI) mengungkapkan bahwa dalam gelaran FGD Long Term Planning SKK Migas sebagai acuan investasi kontraktor pemboran.

FGD Long Term Planning SKK Migas2021 yang diselenggarakan oleh SKK Migas, beberapa waktu lalu melaporkan bahwa ke-21 Sub Bidang Pemboran dan Jasa Pemboran memiliki kekhasannya masing-masing.

Wakil Sekretaris Umum APMI, Tito Loho, mengatakan diskusi yang difasilitasi oleh SKK Migas fokus pada pemboran dan jasa pemboran migas dan panas bumi. Forum Kapnas 2021 ini dihadiri oleh Ketua APMI, Suprijonggo Santoso dan jajaran pengurus Sekum Budi Prakosa dan Wasekum Tito Loho serta beberapa perusahaan anggota di antaranya pemain nasional untuk jasa penunjang pemboran PT. Bukit Apit.

Sementara dari IPA (Indonesia Petroleum Association) dihadiri Feri Sarjana dan Didik Basuki, dan dari APPI (Asosiasi Profesi Rantai Pasok Perminyakan Indonesia) dihadiri oleh jajaran pengurus dipimpin oleh Wakil Ketua Pudji Subyantoro.

Dari SKK Migas dihadiri jajaran Divisi Pengelolaan Pengadaan Jasa & Barang dan Divisi Rencana Keuangan. Rapat FGD ditutup oleh Wakil Kepala SKK Migas, Fatar Yani Abdurrahman.

“Ini melibatkan diskusi intensif antara SKK Migas, APMI, APPI dan IPA. Ini sekaligus menjadi persiapan bahan dalam menggali lebih dalam nantinya inovasi dan solusi dalam ajang “2nd International Convention On Indonesia Upstream Oil & Gas SCM Forum” di akhir November 2021,” ujar Tito Loho kepada Ruangenergi, (10/11).

Menurutnya, ini akan berlangsung secara daring dengan ribuan pakar dan praktisi pengadaan internasional.

“Tujuannya adalah agar hadir gagasan dan inovasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pengadaan, untuk menuju 2030 di mana targetnya adalah mengejar produksi 1 juta barrel minyak,” imbuhnya.

Selain itu, dalam kesempatan FGD tersebut, juga memfokuskan realisasi adanya Long Term Strategic Planning dari pemerintah dalam pengadaan kegiatan hulu migas.

“Tidak lagi sebatas tahunan, namun harus ada kejelasan rencana jangka panjang proyek-proyeknya apa saja. Ini akan memungkinkan industri jasa migas khususnya rig dan penunjang pemboran memiliki keyakinan investasi,” katanya.

Sebagaimana diketahui bahwa jasa pemboran seperti unit rig, unit rigless (Coil Tubing dan Subbing), Cementing unit, Mud service, Fracturing unit, dan lainnya itu perlu investasi besar, yang tentunya memerlukan kepastian gambaran market.

Dia menjelaskan, pertemuan ini sangat kondusif dan progresif, dengan berbagai masukan dan bahasan ide gagasan antar para pihak yang sangat fokus, di antaranya :

1. Ini sebagai awal perdana diadakan pertemuan reguler fokus untuk update long term planning kegiatan hulu migas ke depan.

“Ini bukan saja bahan tinjauan umum, tapi bicara data dan angka kebutuhan aneka barang dan jasa untuk hulu migas,” paparnya.

2. Akan ada ukuran paramter dan rating untuk pemberian apresiasi serta insentif, bagi kontraktor pemboran dan penunjang pemboran yang berkinerja baik.

“Adanya rating untuk kinerja ini memberikan motivasi kontraktor untuk bekerja sebaik mungkin, karena saat ini relatif sebatas ada punishment dan De-Rating bila berkinerja buruk,” bebernya.

3. Adanya perlu segera dibuat standarisasi terms dan condition, untuk aneka syarat dalam tender.

“Ini agar menjadi acuan kemudahan bagi para kontraktor saat setiap kali ikut tender, dan tentunya juga akan mempercepat proses tender dan juga lebih efisien biayanya. Mengingat persiapan tender juga memakan tenaga waktu dan biaya yang tidak sedikit. Tentu adanya standarisasi akan memudahkan prosesnya,” terangnya.

4. Mengembangkan aplikasi digitalisasi database 4.0 bukan sebatas rig pemboran saja, namun ke semua sub bidang APMI non rig (jasa penunjang pemboran) untuk matching data bagi planning supply & demand.

5. Dan juga upaya pengaturan untuk pembayaran ke kontraktor, khususnya oleh KKKS Eksplorasi menjadi lebih terjamin. Tentunya hal ini akan membuat antusiasme gairah para kontraktor dalam mendukung jasa pemboran  sumur eksplorasi.

Menurutnya, kegiatan eksplorasi adalah ujung tombak dalam meningkatkan produksi. Ini dengan maksud agar kegiatan eksplorasi tetap diminati tinggi oleh kontraktor anggota APMI.

Mengingat eksplorasi adalah penting untuk meningkatkan produksi ke depan menuju 1 juta barrel minyak per hari pada 2030.

6. juga perlunya pendekatan proses pengadaan berbasis mindset Total Cost of Ownership Optimization. Menurutnya, ini akan jauh memberikan gambaran benefit secara menyeluruh dibandingkan hanya metode The Lowest Bidder.

7. Juga tentang perluasan untuk join contract pemboran dan jasa pemboran baik join antara sesama KKKS PSC maupun antara KKKS PSC dengan KKKS Gross Split.

“Diharapkan setelah FGD ini akan mampu memberikan jawaban atas beberapa tantangan dari sisi SCM selama ini, sebagai upaya percepatan untuk mengejar target 1 juta barrel produksi minyak per hari pada 2030,” tuturnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *