Jakarta,ruangenergi.com-Jikalau sawit menjadi bensin bukan tidak mungkin Indonesia juga akan terbebas dari impor bensin (bahan bakar minyak/bbm)
Sawit jadi bensin juga sudah masuk ke dalam Grand Strategi Energi Nasional. Indonesia selalu menjadi pelopor untuk dicontoh dunia.
“So far sawit jadi B-30 sukses besar bagi Indonesia di mata Dunia, Indonesia negara pertama yang sukses menerapkan B-30 dan Spesifikasi B-30 yang teken saya selalu Dirjen Migas pada saat itu, nah kalau Sawit bisa jadi bensin maka Indonesia namanya akan tersohor kembali di mata dunia sekaligus menghantam import bensin yang semakin besar,” kata Sekretaris Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com,Selasa (25/1/2022) di Jakarta.
Bagi Djoko,sawit jadi bensin sudah sukses dilakukan di kilang Pertamina, tinggal diperbesar skalanya volumenya saja agar “economic of scale”nya bisa masuk sehingga bisa bersaing dengan harga bensin yang berasal dari minyak fosil yang emisinya besar.
“Sawit jadi bensin sangat mendukung terwujudnya transisi energi menuju Net Zero Emisi pada tahun 2060 or lebih cepet lagi. Nah dengan suksesnya B-30 maka kita tidak lagi impor solar khususnya CN-48 bahkan kita ekspor solar ke Malaysia,” tegas Djoko.
Dalam catatan ruangenergi.com,minyak sawit dicampurkan ke kilang dengan proses cracking, menggunakan katalis Merah Putih, yang juga merupakan produksi anak bangsa, dan akan menghasilkan bensin dan LPG di akhir proses.
Pemanfaatan sawit untuk bensin ini juga telah dilakukan di beberapa negara seperti di Amerika Serikat, Italia, dan UEA. Namun, yang dikembangkan di negara-negara tersebut adalah membuat pabrik baru yang dapat mengolah langsung sawit dengan bensin sebagai salah satu produknya.