Jakarta,ruangenergi.com-PT Smelting mengolah konsentrat tembaga hasil tambang PT Freeport Indonesia di Papua, kini telah mulai groundbreaking pembangunan untuk tambah kapasitas produksi. Harapannya pembangunan ini bisa selesai pada 2023 mendatang.
PT Smelting mempunyai tiga pabrik, terdiri dari pabrik peleburan (smelter), pabrik pemurnian (refinery) dan pabrik asam sulfat.
“Harapannya pembangunan ini bisa selesai pada 2023 mendatang,” tulis Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial PT Smelting Irjuniawan P Radjamin melalui siaran pers, Minggu (20/2/2022),di Jakarta.
Dia menjelaskan perusahaan membutuhkan waktu paling tidak dua tahun dalam proses pembangunan. Selama ini, PT Smelting mengolah konsentrat tembaga hasil tambang PT Freeport Indonesia di Papua. PT Smelting mempunyai tiga pabrik, terdiri dari pabrik peleburan (smelter), pabrik pemurnian (refinery) dan pabrik asam sulfat.
“Pekerjaan ekspansi kali ini untuk menambah pabrik asam sulfat baru. Juga menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter dan menambah jumlah sel elektrolisa di refinery,” ungkap Irjuniawan.
PT Smelting telah empat kali melakukan peningkatan kapasitas produksi. Tahap pertama, kapasitas produksi katoda tembaga hanya 200 ton per tahun. Kemudian,pada tahun 1999, ekspansi pertama dilakukan dengan menambah kapasitas produksi katoda tembaga menjadi 255 ton per tahun. Selanjutnya, di tahun 2001 ditingkatkan lagi menjadi 270 ton.
Kemudian,ekspansi ketiga tahun 2009 menjadi 300 ton per tahun. Dengan pembangunan pabrik baru ini, PT Smelting yang semula hanya mengolah 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun, akan meningkat menjadi 1,3 juta ton konsentrat per tahun.
Perusahaan pengolah tembaga yang pertama di Indonesia ini berdiri tahun 1996. Smelter tembaga dengan teknologi smelter terbaik di dunia ini mayoritas sahamnya dimiliki Mitsubishi Materials Corporation (MMC) Jepang. Sebagian saham dimiliki PT Freeport Indonesia (PTFI).