Jakarta, Ruangenergi.com – Bahan bakar minyak jenis Pertalite saat ini menjadi bahan bakar minyak yang paling banyak penggunanya dibanding BBM yang lain. Selain itu Pertalite juga menjadi BBM yang paling murah dibandingkan produk serupa dari pesaing.
Menurut Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Satya Wira Yudha, karena banyak penggunanya, maka pengaturan penggunaan Pertalite itu menjadi kepentingan bersama.
“Dan diperlukan tindakan penegakan hukum oleh aparat jangan sampai ada upaya penimbunan. Peranan penegak hukum sangat besar dan bisa langsung melakukan tindakan,” ujar Satya melalui keterangannya di Jakarta, Rabu (09/3/2022).
Pihaknya juga mengingatkan Pertamina agar pasokan Pertalite tetap tersedia di tengah gejolak kenaikan harga minyak dunia dan mengingat penggunaannya juga paling banyak dibandingkan jenis BBM lainnya.
Apalagi BBM dengan kadar oktan (RON) 90 yang dijual Pertamina ini paling murah dibandingkan produk serupa dari pesaing, selain penggunaannya juga paling banyak dibandingkan jenis BBM lainnya. Sepanjang 2021, konsumsi Pertalite mencapai 23 juta Kilo Liter (KL), naik 30 persen dibandingkan 2020 yang tercatat 18 juta KL.
Satya juga menjelaskan bahwa dalam upaya mengamankan pasokan Pertalite diperlukan penegakan hukum dari aparat keamanan agar tidak terjadi kelangkaan. Menurutnya, penegakan hukum akan menjadi kunci supaya tidak terjadi penyelewengan di lapangan.
Ia tidak menampik apabila ada komoditas yang sama tetapi memiliki dua harga yang berbeda, pasti ada saja yang ingin memanfaatkan perbedaan harga tersebut untuk keuntungan sendiri.
“Itu yang harus mendapatkan sorotan dari penegak hukum agar tidak ada orang berebut, dan chaos,” katanya.
Menurut mantan anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar ini, penyalahgunaan Pertalite cukup tinggi apalagi harganya paling murah dibandingkan pesaing. Di sisi lain, harga Pertalite juga tak pernah naik sejak tiga tahun lalu.
“Bahkan pada 5 Januari 2019, Pertamina menurunkan harga Pertalite dari Rp 7.800 menjadi Rp 7.650 per liter untuk wilayah Jadebotabek,” ujarnya.
“Sejauh ini belum terlihat dan mendengar kelangkaan yang menimbulkan masalah sosial tinggi. Tetapi yang diperlukan adalah Pertalite benar-benar digunakan oleh mereka yang membutuhkan,” pungkasnya.
Sementara Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi juga meminta Pertamina memastikan keandalan dan ketersediaan BBM di dalam negeri.
Dia mengakui, sejauh ini belum ada laporan kelangkaan BBM yang diterima YLKI sehingga diyakini BBM di tanah air termasuk jenis Pertalite yang paling banyak penggunanya masih aman.
“Saya kira pasokan cukup baik, tidak ada kelangkaan. Hanya saja pengawasannya memang harus diperkuat untuk mencegah adanya oknum yang menyalahgunakannya karena harga BBM jenis lain kan tinggi,” katanya.
Irto P Gintings, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga-Subholding Upstream Pertamina, mengatakan Pertamina selalu berkoordinasi dengan aparat penegak hukum untuk mengantisipasi adanya penimbunan BBM.
Kerja sama dengan aparat penegak hukum terutama selama ini kasus terkait penimbunan bahan bakar subsidi.
“Kami ada 7.000 SPBU di seluruh tanah air. Insya Allah pasokan Pertalite aman. Pertalite disalurkan ke seluruh lokasi regional yang dikelola Pertamina Patra Niaga,” ujarnya.(SF)