Ini Ya Penjelasan KKKS kepada SKK Migas Atas Terjadinya Unplanned Shutdown

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.com-Top producer oil and gas di Indonesia yang mengalami unplanned shutdown , antara lain Pertamina Hulu Rokan (PHR), Mobil Cepu Ltd (MCL) dan bp Indonesia menyampaikan adanya kejadian tersebut kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Walau manajemen system nya yang sudah komputerisasi tetap saja terjadi unplanned shutdown tersebut. Untuk itulah SKK Migas mencari root causes nya, case by case ditelisik lebih jauh.

“Contoh di PHR hal yang simple itu black out karena tersambar petir.Terus yang kedua, dengan kompleksitas operasional di sana ribuan sumur harus mati, dan ramp up produksinya butuh waktu yang lama.Itu sebabkan losss production nya cukup tinggi,” kata Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menjawab pertanyaan ruangenergi.com saat Konferensi Pers Kinerja Hulu Migas Kuartal I Tahun 2022, Jumat (22/04/2022) di Jakarta.

Julius bercerita, terjadi short di kabel karena lilitan ular, tiang listrik terkena ‘kunduran truk'(truk mundur menabrak tiang listrik) yang menyebabkan black out.

“Kalau dari maintenance systemnya itu sudah cukup bagus mereka the biggest company ini sudah play system yang levelnya sudah tinggi,” jelas Julius.

Terkait temuan kejadian di MCL blok Cepu, SKK Migas menemukan 5 (lima) titik sambungan kabel terbakar. SKK Migas sedang menginvestigas atas kejadian di MCL tersebut.

“Kita sedang investigasi detail, apakah dulu terjadi kegagalan konstruksi pas di titik splash jointnya. Padahal kontruksinya baru 2015, baru sekitar 6-7 tahun terjadi di lima titik.Tapi system safetynya (MCL) bekerja dengan sempurna mematikan,kalau enggak bisa terbakar. Kenapa splash joint yang kabelnya cukup besar gagal, itu sedang kita selidiki,” tutur Julius dihadapan wartawan dan petinggi SKK Migas.

Julius bercerita, ada juga kejadian di MCL itu land slide (tanah longsor). Namun SKK Migas bersyukur pekerjaan maintenance rutinitas di MCL bekerja dengan baik.

“Ditemukan exposure kenapa pipa yang dipendam 2-3 meter kok sekarang muncul dipermukaan?” tanya Julius dengan mimik wajah keheranan.

Terdeteksi ternyata terjadi land slide di sana, tanah tererosi sungai sampai pipanya buckling ke bawah dan ke samping.

“Itu hal-hal teknis yang kita (SKK Migas) mencoba mencegah terjadi.Ada indikasi overstress pipa jadi kita tidak operasikan karena ada kondisi bahaya kalau kita operasikan dan masyarakat bisa terkena katastropik H2S kalau dioperasikan,” ungkap Julius.

Untuk kejadian shutdown di Train II Kilang LNG Tangguh milik bp Indonesia, Julius menjelaskan secara engineering di situ satu titik yang terjadi perubahan temperatur sehingga sebabkan kejadian tersebut.

“Di situ bp berkali-kali kejadian, ada instrument valve yang gagal bekerja dengan tidak baik. Terjadi hal-hal seperti itu.Kita lakukan investigasi, melakukan penyelidikan, ketemu root causes, kita perbaiki dan berharap tidak terjadi di tempat lain,” tutur Julius.

Unplanned shutdown, lanjut Julius, merupakan musuh bersama yang segera diselesaikan permasalahannya.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menambahkan ada kejadian bocor di ONWJ dan OSES (PHE ONWJ dan PHE OSES) itu karena peralatan tua.

“Tetapi tentu saja jangan sampai bocor duluan. Kalau bisa sudah terdeteksi kemudian tenang-tenang diganti. Tetap peralatan tua ini yang menjadi penyebab, termasuk yang di Train I dan Train II (Kilang LNG Tangguh) yang T Jointnya karena panas.Kemudian ada beberapa karena konstruksi ya seperti pipa bengkok di MCL di Lapangan Kedung Keris. Padahal Kedung Keris masih relatif baru ya diresmikan, tahun 2019. Terjadi land slide, jadi konstruksi sipilnya yang enggak betul. Itu sebabnya pada saat kegiatan konstruksi itu betul-betul harus diamati (dikerjakan) dengan baik,”ucap Dwi yang hadir didampingi Deputi Operasi Julius Wiratno, Deputi Keuangan dan Monetisasi Arief S.Handoko, Deputi Dukbis Rudi Satwiko dan Pengawas Internal Murdo Guntoro serta Sekretaris SKK Taslim Yunus.