Ubah Sampah Jadi Gas Methane, EW Apresiasi Program Wasteco PHM

Jakarta, Ruangenergi.com – Subholding Upstream PT Pertamina Hulu Mahakam (SHU PHM) Regional Kalimantan Zona 8 bekerja sama sengan TPA Manggar dan masyarakat setempat mengolah sampah menjadi energi tepat guna, yaitu gas methane dengan programnya Waste to Energy for Community (Wasteco).

Gas methane selanjutnya digunakan berbagai kebutuhan masyarakat yaitu substitusi LPG, lampu penerangan jalan dan lainnya. Ini adalah upaya mengolah sampah menjadi energi yang bersih dan tepat guna serta langsung bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar.

Sementara Subholding Upstream Pertamina Regional Kalimantan Zona 10 membuat program Enbarter atau energi terbarukan dengan memanfaatkan pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel.

Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Subholding Upstream Pertamina Regional Kalimantan tersebut.

“Ini patut diapresiasi karena mengatasi masalah yaitu sampah dan minyak jelantah untuk menjadi energi baru. Mudah-mudahan program ini bisa dijalankan untuk semua regional,” kata Mamit dalam Webinar Ruangenergi dengan tema Inovasi Sosial Subholding Upstream Pertamina, Selasa (26/4/2022).

Menurut Mamit, masalah sampah dan jelantah selalu terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dengan memanfaatkan sampah menjadi energi maka program CSR itu telah memberikan ketahanan energi, kemandirian dan kedaulatan energi.

“Ujungnya adalah masyarakat sekitar bisa bertahan dan kemandirian energi dapat tercapai. Jadi program CSR jangan hanya memberi tapi memberikan kemandirian juga,” kata Mamit.

Sementara Head of Communication Relations & CID Zona 8, Frans Alexander mengatakan bahwa ada beberapa program sosial yang dijalani yaitu petani maju 4.0, juragan sampah dan Waste to Energy for Community (Wasteco).

Menurutnya, Program Wasteco dilakukan di wilayah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar, Balikpapan. TPA Manggar yang menjadi TPA terbaik ke 2 se Indonesia dalam kategori waste to energy ini mempunyai volume sampah 132 ribu ton per tahunnya.

“Ada potensi gas metana dari timbunan sampah menjadi 2,2 juta metrik ton per tahun,” jelasnya.

Pihaknya, kata Frans, juga membentuk 1 kelompok pengelola gas metana sebanyak 26 orang yang bertugas untuk menjaga persediaan gas. Dengan program Wasteco, kini telah membangun 6.640 meter pipa gas metana dan gas tersebut sudah dimanfaatkan oleh 200 rumah disekitar lokasi TPA.

“Dari program tersebut, banyak penghematan yang tercipta misalnya iuran gas Rp 33,6 juta pertahun, penghematan tabung elpiji sebanyak 7.200 tabung gas elpiji 3 kg per tahun, dan menghemat biaya penerangan jalan sebesar Rp 1 5 juta pertahun dan Rp 180 juta per tahun biaya penghematan memasak keluarga,” tukasnya.

Pada kesempatan yang sama, Officer Communication Relations & CID Zona 10 Regional Kalimantan, Asih Soenarsih menjelaskan bahwa pihaknya memanfaatkan limbah minyak jelantah yang jumlahnya banyak lalu dimanfaatkan untuk jadi energi biodiesel.

“Pada tahun 2018, setidaknya ada 10 liter per hari limbah minyak jelantah yang dibuang. Ketika dibuang ke selokan dan tanah maka akan berdampak pada pencemaran air dan tanah. Nantinya akan berdampak pada kesehatan,” jelasnya.

“Maka dari itu, kita mengubah minyak jelantah tersebut menjadi biodiesel sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya,” pungkasnya.(SF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *