Mirza Mahendra : Komitmen untuk Mendukung Zero Routine Flaring

Jakarta,ruangenergi.com-Pemerintah Indonesia  berkomitmen untuk mendukung tercapainya Zero Routine Flaring (ZRF) pada tahun 2030 yang merupakan inisiatif World Bank.

Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah melalui peta jalan gas suar yang telah dikembangkan dan didukung oleh semua pemangku kepentingan di subsektor migas.

“Berdasarkan komitmen Indonesia tersebut, Global Gas Flaring Reduction Partnership (GGFR) World Bank  terus mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya mencapai ZRF tahun 2030. Kami sangat berterima kasih atas bantuan tersebut,” kata Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Mirza Mahendra ketika membuka acara Focus Group Discussion Flare Gas Measurement  and Value Chain in Oil and Gas Industry di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Selasa (7/9). Aca ini dihadiri oleh perwakilan unit-unit di lingkungan Ditjen Migas, SKK Migas dan KKKS, serta badan Usaha Hilir Migas.

Pemanfaatan gas suar di Indonesia mengalami sejumlah tantangan, seperti kondisi lokasi,  volume gas suar dan infrastruktur. Pemanfaatan gas suar dari sisi lingkungan sangat penting  karena dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Sementara dari sisi  ekonomi, gas suar dapat  dikomersialkan dengan teknologi dan model bisnis yang tepat. “Kami berharap melalui FGD ini dapat  meningkatkan pemahaman tentang aspek  teknis dan ekonomi pemanfaatan gas  suar yang dapat dikembangkan di Indonesia,” tambah Mirza.

Pemerintah Indonesia  juga mengharapkan agar kerja sama dengan World Bank ini dapat berjalan lancar dan target ZRF tahun 2030 dapat tercapai. Harapan senada juga disampaikan Program Manager GGFR World Bank Zubin Bamji  dan Regional  Coordinator for Energy and  Extractives World Bank,  Michael Stanley dalam kesempatan tersebut.

FGD Flare Gas Measurement  and Value Chain in Oil and Gas Industry dibagi dalam dua  sesi. Pada sesi pertama, bertindak sebagai narasumber adalah Huw Martyn  Howells yang menyampaikan materi yaitu Flare Gas Measurement, serta Bret Mattes dengan materi  “Flare Gas Value Chain”.

Sedangkan pada sesi kedua, bertindak sebagai narasumber adalah perwakilan  PT Pertamina Hulu Energi – Sub Holding  Upstream yang menyampaikan Collaboration Opportunities in Turning Routine Flaring to Revenue Contributor”. Balai Besar Pengujian Migas “LEMIGAS”   dengan tema LEMIGAS Studies on Flare Gas Utilization” dan  ID Survey  yang memaparkan tentang Decarbonzation in Oil & Gas Industry.

FGD yang berlangsung dinamis ini, menghasilkan sejumlah kesimpulan yaitu industri migas Indonesia saat ini dihadapkan pada kondisi yang menantang, di mana tidak hanya harus mencapai target produksi nasional, tetapi juga bagaimana dapat mencapai target produksi secara efisien dan dengan emisi serendah mungkin.

Semua pihak menyadari bahwa gas suar  bukan hanya kegiatan yang berkontribusi terhadap perubahan iklim karena emisi yang dihasilkannya, tetapi juga merupakan pemborosan sumber daya dan tidak efisien.  Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama untuk mencapai ZRF.

“Berdasarkan diskusi hari ini, kami semakin yakin bahwa ZRF  di Indonesia dapat dicapai dengan teknologi yang tepat. Meskipun gas suar memiliki kualitas yang rendah, intermiten dan volume yang kecil, pada dasarnya kita dapat mengimplementasikan hal tersebut dengan menggunakan model bisnis yang tepat,” papar Koordinator Keteknikan dan Keselamatan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Ditjen Migas  Bambang Eka Satria ketika menutup FGD ini.

Bambang Eka melanjutkan, Pemerintah  menyambut baik rencana Carbon Exchange dalam lingkup BUMN yang diajukan oleh ID Survey.

“Kami berharap pilot project ini dapat menjadi percontohan dan dapat diperluas dalam lingkup badan usaha yang lebih besar. Kami juga ingin berdiskusi lebih lanjut mengenai hal ini dan berkolaborasi dengan kementerian terkait.Kita perlu meningkatkan transfer teknologi dan selalu terbuka terhadap opsi baru,” jelas Bambang Eka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *