Dwi Soetjipto: Butuh Cost yang Lebih Tinggi untuk Tingkatkan Produksi di Lapangan Mature

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Nusa Dua,Bali,ruangenergi.com– Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan untuk menuju target 2030, yakni minyak1 juta barrel per hari dan gas 12 BCFD, di dalam menghandle ladang-ladang migas ataupun blok migas yang sudah mature butuh biaya yang besar.

Dibutuhkan cost yang lebih tinggi untuk meningkatkan produksi di lapangan yang sudah mature tersebut.

“Kalau bahasanya kita ini kek koret-koret,lapangan mature ini tentunya butuh cost yang lebih tinggi untuk bisa meningkatkan recovery dari cadangan kita. Untuk itu keekonomian kontraktor menjadi sebuah pertanyaan.Oleh karena itu kerja sama para stake holder (migas) khususnya (Kementerian) ESDM dan Keuangan akan menjadi sangat krusial untuk fiskal. Karena itu, salah satu strateginya mengenai flexibilities fiscal term.Yang kedua,baru saja Kementerian Keuangan launching Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) yang menurunkan pajak begitu ya, nantinya harus ada DMO, tax holiday untuk industri hulu yang berinvestasi di Indonesia,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjawab pertanyaan ruangenergi.com saat konferensi pers di acara The 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) di Nusa Dua Convention Center, Bali, Rabu (23/11/2022).

Komitmen Investasi 2023

Mengenai komitmen investasi hulu migas di tahun 2023, tetap ingin mencapai kenaikkan jumlah investor berinvestasi.

“Kalau di tahun 2022 kami sampaikan kita naik 20 persen dibandingkan investasi di tahun 2021,di tengah-tengah dunia naiknya investasi 5-7 persen, all better lah. Posisi Indonesia harus lebih baiklah, tapi butuh waktu untuk meyakinkanlah. Nah di 2023, saat ini kita sedang susun work plan and budget nya (WPNB). Dalam imajinasi kita, dalam estimasi SKK, dengan harga minyak yang masih tinggi, maka kami akan kejar kenaikkan 20 persen,” tegas Dwi.