Jakarta, ruangenergi.com – Tren transisi energi terbarukan memicu pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berskala besar. Meski tren ini mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, pembangunan PLTS juga menambah kebutuhan lahan untuk memasang panel surya.
Sejumlah pihak mengkhawatirkan pemakaian lahan untuk PLTS berpotensi menggerus produksi pertanian maupun mengganggu habitat kehidupan liar.
Sebenarnya ada cara untuk memperluas infrastruktur PLTS tanpa mengganggu manusia ataupun makhluk lainnya. Misalnya, adanya proyek PLTS agrivoltaik yang beroperasi di antara tanaman pertanian ataupun hewan ternak.
Lantas, bagaimana konsep PLTS konservoltaik – kombinasi upaya konservasi biodiversitas dengan energi surya?
Riset terbaru dari jurnal ElSevier berjudul “Opportunities to enhance pollinator biodiversity in solar parks”, menelaah apakah PLTS dapat digunakan untuk menyokong pelestarian spesies asli di suatu daerah. Hasilnya, riset tersebut menemukan bahwa panel surya justru menjadi habitat yang berguna bagi kehidupan liar, sekaligus bermanfaat bagi kesuburan tanah dan petani.
Riset ini juga menelaah apakah kawasan PLTS yang berada di lahan pertanian ataupun peternakan dapat juga digunakan sebagai habitat satwa liar. Survei pun dilakukan menggunakan camera trap (kamera tersembunyi) untuk mengenali tanaman dan hewan-hewan yang berada di sela-sela panel surya. Hasil riset mencatat berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk berkoloni, serta langkah yang perlu dilakukan untuk menyokong mereka.
Struktur tiga dimensi dari panel surya, menambah kekayaan struktur di suatu bentang lahan pertanian. Pembangkit ini juga berfungsi sebagai tempat satwa berlindung dari pemangsa, seperti layaknya terumbu artifisial di danau maupun lautan. Panel surya juga bisa menjadi tempat yang pas untuk menjadi tempat tinggal hewan.
Infrastruktur PLTS turut menciptakan mozaik sinar matahari maupun bayangan. Kondisi ini memungkinkan area sekitar PLTS menjadi habitat mikro bagi tumbuhan maupun hewan.
Vegetasi yang tumbuh di antara panel surya juga berfungsi menjadi jalur perjalanan satwa, tempat berkembang biak, sekaligus berlindung bagi satwa liar.
Peneliti merekomendasikan, pengelola lahan harus menyediakan beragam spesies tanaman berbunga untuk merangsang datangnya serangga penyerbuk (polinator). Rumput-rumput yang tumbuh di antara panel surya juga sebaiknya tidak sering-sering dipangkas ataupun terlalu pendek.
Serangga penyerbuk lebih menyukai vegetasi yang tinggi untuk mencari makan. Jangan pula terlalu tinggi supaya tidak menghalangi panel surya menyerap sinar matahari.
Jika memungkinkan, kurangilah penggunaan herbisida ataupun bahan kimia lainnya. PLTS juga harus terhubung dengan kawasan vegetasi lainnya, seperti tanaman pagar atau jajaran pohon. Tujuannya agar satwa liar bisa berpindah-pindah dari area PLTS ke habitat lainnya.
Pengelola lahan yang menggabungkan PLTS dengan habitat kehidupan liar juga bisa mengambil sejumlah keuntungan. Mereka bisa meraup pendapatan dari perolehan kredit lingkungan melalui proyek penyerapan karbon dan peningkatan biodiversitas.
Pemilik lahan juga bisa meningkatkan kesuburan tanahnya dengan penambahan jumlah serangga penyerbuk. Mereka juga bisa menyediakan habitat bagi burung melalui kotak sarang ataupun tiang bertengger guna mengontrol populasi serangga.