Screenshoot Video, Wakil Ketua Komisi VII DPR, Alex Noerdin

Cara PLN Kejar Bauran EBT 23% di 2025

Jakarta, Ruangenergi.com – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyampaikan sebagian besar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara, sehingga kebutuhan batu bara setiap tahun meningkat.

Menurut, Wakil Komisi VII DPR, Alex Noerdin, mengapa saat ini Indonesia, terus melakukan pembangunan PLTU, sedangkan dunia sudah mulai alergi terhadap penggunaan batubara.

Pasalnya, dalam bauran Energi Baru Terbarukan (EBT), jelas Alex, PT PLN (Persero) memiliki target pengguna EBT sebesar 23% pada tahun 2025.

“Saya ingin menanyakan bagaimana progress nya dan bagaimana upaya PLN meningkatkan dan mempercepat investasi yang dibutuhkan,” ungkap Alex di sela Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan Dirut PLN, (25/08).

Ia mengatakan, Australia saat ini telah memiliki pembangkit listrik tenaga Surya (PLTS) sebesar 2.000 MW, yang mana nantinya listriknya itu dibeli oleh Singapura dan akan disalurkan melalui kabel bawah laut.

Nah, kita (Indonesia) tidak kalah sebenarnya itu, di NTT (Nusa Tenggara Timur) pancaran sinar mataharinya sangat luar biasa tinggi. Kalau NTT peternakan sapi barangkali kendalanya adalah airnya kurang, tapi kalau di NTT dibangun PLTS besar-besaran seperti rencana antara Singapura dan Australia, listriknya kita alirkan ke Bali dan terus ke Jawa, kemungkinan target EBT 23% pada tahun 2025 akan terlampaui,” imbuh Alex.

Menurut, Alex, karena batubara emisi yang dihasilkan sangat tinggi, sehingga hal ini dapat menyebabkan pencemaran polusi udara, dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitar PLTU, seperti halnya di Muara Enim.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini, mengatakan, piahkmya komit untuk mengejar pencapaian EBT 23% di 2025.

“Trasformasi PLN sedang berjalan, salah satu pilarnya adalah green, di mana kita akan melaksanakan program yang agresif untuk EBT ini sesuai dengan komitmen yang kami sampaikan kepada stakeholder kami,” jelas Zulkifli.

Dikatakan olehnya, adapun beberapa program itu adalah PLTBayu, PLTS pada lokasi-lokasi tertentu, PLTS terapung, (Indonesia punya banyak waduk, danau, dan tidak memerlukan pembebasan tanah).

“Kami sedang menjajaki kemungkinan untuk PLTS di bekas-bekas area tambang yang sudah tidak terpakai (ditinggalkan). Kemudian land scale renewable (PLTA berskala besar) di Kaltara, kami juga jajaki itu,” paparnya.

 

Screenshot Video Dirut PLN Zulkifli Zaini

Konversi PLTD ke PLTS Baterai

Kemudian, lanjut Zulkifli, pihaknya paham bahwa memiliki 2.000 lebih lokasi PLTD (pembangkit listrik tenaga diesel) terutama di daerah Indonesia timur yang terpencil.

“Disitu ada 2.000 lokasi dan sudah kami identifikasi ada 2.500 unit PLTD dan mudah-mudahan dalam beberapa Minggu kedepan sudah jelas pemetaannya bahwa PLTD akan kami konversi ke PLTS, ” ungkapnya.

Akan tetapi, PLN saat ini sedang mengkaji bahwa PLTS nya tidak setengah-setengah, dalam arti jangan sampai PLN menggunakan PLTS di siang hari, dan menggunakan PLTD di malam hari.

“Itu namanya penyelesaian setengah-setengah. Kami sedang membuat pola penyelesaian dan akan diselesaikan dalam waktu dekat. Dari 2.000 lokasi mungkin kita akan selesaikan dulu tahap I 200 lokasi, tahap II 200 lokasi, PLTS ditambah dengan baterai,” imbuhnya.

Pihaknya juga akan membuka kesempatan untuk para IPP di sektor EBT untuk dapat berkolaborasi dengan PLN membangun PLTS untuk wilayah terpencil.

“Maka secara 24 jam PLTS dengan baterai yang akan melistriki daerah-daerah terpencil itu. Nanti kami akan buka datanya dan akan buka ke siapapun yang akan menyampaikan proposalnya, secara terbuka, transparan,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *