Kick Off 41 ASEAN SOME, Menteri ESDM Ajak Kolaborasi Percepat Transisi Energi

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong kolaborasi yang berkelanjutan untuk memastikan kemitraan yang inovatif, pembiayaan yang berkelanjutan dan inklusif serta akses teknologi yang diperlukan agar efektif untuk mempercepat transisi energi, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Hal tersebut disampaikan Menteri ESDM, Arifin Tasrif pada saat kick-off Pertemuan Pejabat Senior Energi ASEAN ke-41 (41st ASEAN SOME) di Sekretariat ASEAN, di Jakarta pada Senin (19/06/2023). Menurut Arifin, perlu adanya penguatan kerjasama, tidak hanya antar negara anggota ASEAN tetapi juga dengan dunia internasional.

“Ruang energi global didorong untuk bertransisi secara berkelanjutan dari yang bergantung pada fosil menuju ekonomi rendah karbon, secara inklusif dan adil, dengan tetap mempertimbangkan keadaan, kemampuan, dan prioritas nasional yang dihormati,” tambah Arifin.

Saat ini, ketahanan energi sama pentingnya dengan transisi energi. Untuk itu, Arifin mengatakan Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini membahas pentingnya ketahanan energi berkelanjutan melalui interkonektivitas di ASEAN, yang disebut sebagai “episentrum pertumbuhan”.

Pada kesempatan yang sama, Arifin mengungkapkan bahwa platform seperti Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) dan ASEAN Power Grid akan mempercepat transisi energi bersih dan meningkatkan ketahanan energi. Arifin juga menegaskan, mineral kritis diperlukan untuk mendukung transisi energi.

Sebagai catatan, bahan baku atau mineral kritis adalah bahan galian yang dapat dimanfaatkan dalam inovasi teknologi berbasis energi bersih dan terbarukan. Tuntutan global akan mineral penting dalam pengembangan teknologi energi bersih meningkat secara signifikan.

Menurut International Energy Agency (IEA), mobil listrik membutuhkan input mineral enam kali lebih tinggi daripada mobil konvensional, sedangkan pembangkit listrik tenaga angin membutuhkan sumber daya mineral 13 kali lebih banyak daripada pembangkit listrik berbahan bakar gas alam dengan ukuran yang sama.

“Memperhatikan bahwa beberapa negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina dan Vietnam dikaruniai sumber daya mineral dalam jumlah besar antara lain nikel, timah, bauksit dan elemen tanah jarang, ASEAN dapat memainkan peran besar dalam rantai pasokan mineral kritis global ,” kata Arifin.

Menkeu menambahkan, perlu dikembangkan unit pengolahan dan pemurnian mineral serta industri manufaktur berbasis mineral, khususnya yang memproduksi teknologi energi bersih. Arifin menyebut Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Indonesia sebagai pemain kunci dalam industri manufaktur energi terbarukan seperti baterai, PV surya, dan kendaraan listrik.

“KTT ASEAN 2023 menyepakati penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan dekarbonisasi sektor transportasi darat di kawasan guna mencapai Net Zero Emissions (NZE),” komentar Arifin.

Ia menyatakan bahwa negara-negara ASEAN berkomitmen untuk mengembangkan ekosistem regional kendaraan listrik dengan melibatkan seluruh Negara Anggota ASEAN dan meningkatkan industri kendaraan listrik untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat produksi global.

Arifin menyoroti bahwa teknologi adalah kunci transisi menuju netralitas karbon; untuk alasan ini, ada kebutuhan untuk memperluas berbagai macam teknologi. Selain itu, penggunaan teknologi harus dibuat lebih inklusif, sedangkan akses ke teknologi yang terjangkau dan pembiayaan harus digali lebih dalam.

“Negara-negara anggota ASEAN harus meningkatkan teknologi serta keterampilan, kapasitas, dan keahlian baru untuk mendukung target transisi energi masing-masing negara kita serta target ASEAN Plan of Action of Energy Cooperation (APAEC),” ujar Arifin.

Arifin juga menyampaikan apresiasi kepada negara-negara anggota ASEAN atas komitmennya untuk memenuhi target Net Zero Emission (NZE) dalam beberapa tahun ke depan. Komitmen tersebut akan berfungsi sebagai dasar untuk roadmap NZE global.

“Roadmap seperti itu penting sebagai alat kami untuk menganalisis dan mengalokasikan dukungan yang dibutuhkan masing-masing negara, seperti kebutuhan teknologi, keuangan, infrastruktur, dan lain-lain,” kata Arifin.

Arifin berharap Negara-negara Anggota ASEAN akan menggunakan SOME ASEAN ke-41 untuk membahas lebih lanjut dan menyelesaikan isu-isu strategis saat ini, seperti perdagangan karbon dan dekarbonisasi industri minyak dan gas melalui CCS/CCUS.

“Hal ini akan mempercepat porsi pasokan energi yang lebih ramah lingkungan dalam memastikan ketahanan energi jangka panjang di kawasan ASEAN untuk memenuhi target NZE. Dalam jangka menengah, kami juga perlu mewujudkan komitmen kami untuk mencapai target Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) pada tahun 2030 sesuai dengan target penurunan emisi gas rumah kaca masing-masing negara ASEAN,” kata Arifin.

Dalam kesempatan tersebut, selain mengapresiasi seluruh Negara Anggota ASEAN (AMS), Mitra Wicara dan Organisasi Internasional atas dukungan dan kerja sama yang berkelanjutan terhadap implementasi ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC), Arifin juga menyambut Timor Leste sebagai keluarga terbaru. di ASEAN, khususnya pada SOME Forty First, untuk melihat perkembangan dan pelaksanaan kerjasama energi di ASEAN.

“Saya berharap ASEAN dapat lebih melibatkan Timor Leste dalam pertemuan dan kegiatan kita selanjutnya,” kata Arifin.

ASEAN SOME ke-41 akan diselenggarakan mulai 19 Juni hingga 23 Juni 2023 di Jakarta. Indonesia bertindak sebagai negara tuan rumah dan Ketua acara. Sebanyak 10 Negara Anggota ASEAN, 8 mitra dialog, dan sejumlah organisasi internasional berpartisipasi dalam pertemuan untuk mendukung kerja sama energi ASEAN.