Jakarta, ruangenergi.com– PT Perusahaan Gas Negera (PGN) Tbk kini tengah menjajaki berbagai cara untuk mengatasi defisit sumber daya gas di Indonesia.
Disamping itu, PGN juga tetap menumbuhkan (grow up), memaintenance business existing di transmisi dan distribusi gas.
Termasuk menyiapkan adaptasi dimana sumber-sumber pasokan existing itu secara alamiah sudah menurun jadi harus mencari defisit demand itu dari sumber lain.
“Di dalam itu juga, kami menyiapkan diversifikasi bisnis gas ke petrochemical. Ini semuanya sedang kami jajaki,” kata Division Head Corporate Plan PT PGN Tbk Heru Indriatno saat memaparkan program PGN di acara Diskusi Forum Wartawan ESDM, di Jakarta.
Secara konkritnya, lanjut Heru, bisnis yang akan dikembangkan adalah biometan, gas yang diperoleh dari organik.
“Kita ini negara tropis ya, dan secara market share, industri palm oil kita terbesar di dunia. Nah dari proses industri CPO itu menghasilkan limbah POME (palm oil mill effluent) kurang lebih 36,2 juta ton per tahun. Ini peluang dimana limbah POME bisa ditangkap emisinya. Nah emisi yang terpapar itu bisa kami , kemudian di compress dan diinjek ke kami dan disalurkan ke jaringan kami,” ungkap Heru.
Beberapa pelanggan PGN, urai Heru, sudah komit terhadap karbon netral, terutama Jepang dan afiliasinya.
“Kami berpartner strategis dengan mitra dari Jepang ada yang dari JICA, Tokyo Gas untuk mengconnect kami dengan pelanggan yang komit dengan carbon netral. Hanya saja, pastinya biomethan lebih mahal dari gas pipa biasa (harga gasnya). Nah selisih harganya bisa didapat dengan harga karbon neutrall, sertifikasi karbon netral dan itu bisa dijalankan,meskipun secara volume tidak menopang bisnis kami,” ungkap Heru.
Heru menambahkan, sebagai subholding gas tidak bisa berjalan sendiri, dan sifatnya melengkapi bisnis Pertamina Group. Bagaimana trilema energi itu bisa balance bagaimana masyarakat dan industri itu bisa memperoleh akses energi yang affordable, sustainable tidak berdampak pada lingkungan.