Jakarta, ruangenergi.com- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih memproses kemungkinan jual LNG ke dua perusahaan tambang nasional.
LNG yang uncommitted sengaja disiapkan oleh SKK Migas untuk dua tambang nasional, yakni PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Internasional Tbk.
Hanya saja, saat ini tim SKK Migas masih berkutat pada masalah final penetapan alokasi tahunan dan harga jual gas untuk dijadikan LNG.
“Masih diskusi, nanti kalau sudah final penetapan alokasi kami infokan. Ini masih masalah alokasi tahunan dan harga,” kata Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Senin (13/11/2023) di Jakarta.
Dalam catatan ruangenergi.com, berdasarkan Neraca Gas Indonesia (NGI) 2023-2032, secara nasional kebutuhan gas Indonesia hingga tahun 2032 dapat dipenuhi dari proyek-proyek gas dan pasokan potensial.
Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia akan mengalami surplus gas di beberapa wilayah di Indonesia.
“Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia akan mengalami surplus gas di beberapa wilayah di Indonesia. Negara kita masih memiliki peluang untuk memproduksi LNG secara signifikan hingga tahun 2035,” ujar Direktur Pembinaan Program Migas yang diwakili Koordinator Penyiapan Program Migas Rizal Fajar Muttaqien dalam IndoGAS and Power 2023 di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (14/6/2023).
Dalam beberapa tahun ke depan, lanjutnya, akan ada beberapa kargo LNG Indonesia dari Bontang, Tangguh dan Masela yang dapat dimanfaatkan untuk dalam negeri dalam mendukung transisi energi.
Lebih lanjut Rizal memaparkan, sumber daya gas nasional Indonesia cukup untuk beberapa dekade mendatang. Mengingat gas bumi akan terus tumbuh, Pemerintah mengupayakan produksi dari lapangan-lapangan yang ada, pengembangan lapangan konvensional dan nonkonvensional, serta peningkatan produksi melalui workover dan Enhanced Gas Recovery (EGR). Saat ini, 68% gas dikonsumsi oleh pasar domestik, sedangkan total gas yang disalurkan sebesar 5.474BBTUD.
“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan gas untuk keperluan domestik. Pada tahun 2022, gas bumi paling banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri yaitu mencapai sekitar 29,25%. Gas juga dialokasikan untuk ekspor LNG 21,76%, pupuk 12,58%, ekspor 10,97%, dan listrik 11,33%. Pemerintah juga memanfaatkan gas untuk kebutuhan domestik LNG dan LPG masing-masing sebesar 8,94% dan 1,45%. Sebagian kecil dari sisa konsumsi adalah untuk gas kota dan gas untuk bahan bakar transportasi,” jelas Rizal.