Jakarta, ruangenergi.com- Direktur Jenderal Migas Tutuka Ariadji mengatakan pihaknya menaruh harapan cukup besar di sumur minyak non konvensional (MNK) dan di enhanced oil recovery (EOR).
Jikalau MNK dan EOR itu berhasil, keduanya akan menyumbang kontribusi yang besar bagi peningkatan produksi minyak dan gas Indonesia.
“Tentunya unkonvensional tergantung dari apa yang dilakukan di blok Rokan, di sumur Gulamo dan Kelok nanti yang baru di bor di sana. Mungkin dalam 1-2 bulan ada hasil yang lebih baik tentang hal itu. Kalau EOR kami melihat keberhasilannya nanti, EOR dengan CO2. Ini kan sekarang kita banyak produksi gas. Dari gas itu nanti, dimana kebanyakan lapangan mengandung gas itu nanti di capture, diambil CO2 nya dan diinjeksi ke bawah bumi. Nah bisa sebagai CCS, bisa sebagai CCUS. Injeksi CO2 ke hidrokarbon. Enhanced oil recovery yang diinjeksikan CO2. Kalau itu berhasil, saya kita masih punya prospek cukup baik, ” kata Tutuka dicegat wartawan usai upacara Pelantikan dan Pengangkatan Dirjen EBTKE di Kementerian ESDM, Kamis (14/03/2024), di Jakarta.
Migas, lanjut Tutuka, sedang berupa menahan decline di hulu migas,nah jikalau tidak ada temuan baru maka produksi migas . Hanya saja, kondisi saat ini di Indonesia, temuan baru lapangan migas itu kebanyakan gas.
“Ada satu lapangan yang mau kita lebih dekat, di zoom lah….yaitu lapangan Zulu punyanya ONWJ (offshore north west java). Lapangannya agak heavy. Jadi saya menyarankan Pertamina agar mengeksploitasi di lapangan Zulu ini. Potensinya bisa 800 juta sampai 1 milyar. Karena ini heavy di laut kan jarang bisa pakai steam floading. Kalau steam floading di laut jarang dan peralatannya besar. Jadi musti pakai surfactant di sana. Kita dorong Pertamina untuk mengeksploitasi itu,” tegas Tutuka.