Jakarta, Ruangenergi.com – Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Rosa Permata Sari mengatakan,
Subholding Gas PT Pertamina (Persero) ini memerlukan dua jaringan infrastruktur pipa gas, yaitu Cirebon–Semarang (Cisem) Tahap 2 dan Dumai-Sei Mangkei.
Menurut dia, jika infrastruktur itu sudah terhubung, maka PGN memiliki fleksibilitas atas beberapa sumber yang diproyeksikan akan memenuhi kebutuhan gas.
“Contohnya kalau PGN bisa mendapatkan sumber gas baru dari Mubadala maka, kita bisa membawa gas dari Aceh ke sebagian Sumatera bagian tengah. Dari Sumatera tengah, gas bisa dibawa ke Jawa bagian barat. Kemudian, jika selanjutnya Cisem 2 selesai, maka kita akan punya fleksibilitas supply dari Jawa bagian timur untuk dibawa ke Jawa bagian barat,” kata Rosa dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Sementara untuk Indonesia timur, kata dia, PGN melihat diperlukan logistic scheming yang lebih baik, yang salah satunya dengan shipping untuk bisa bergerak mendukung transisi energi yang lebih berlanjut.
“Kita tidak mengesampingkan bahwa ada partner strategic seperti PT PLN, customer refinery yang kami identifikasi ke dalam rencana penyediaan gas. Kami percaya dengan integrasi dan agregasi, hasilnya akan optimal. Kalau integrasi dengan memanfaatkan infrastruktur eksisting, maka kami bisa melakukan agregasi pada komoditas tersebut, dan harapannya landing price di customer menjadi lebih kompetitif,” paparnya.
Saat ini, gas bumi sudah kompetitif dibandingkan fuel cost. Apabila sudah terintegrasi dan semakin kompetitif, tambah Rosa, maka PGN dapat semakin meningkatkan andilnya dalam mendorong kemandirian energi di Indonesia.
Kombinasikan Strategi Integrasi dan Agregasi
Lebih jauh ia mengatakan, bahwa pihaknya juga mengombinasikan strategi integrasi dan agregasi dalam optimalisasi pemanfaatan gas bumi domestik saat masa transisi energi.
“Peran availability dan accessibility energi mampu dimainkan PGN sebagai pemain utama di ekosistem gas Indonesia,” ucapnya.
Dikatakan, bahwa dengan memiliki jaringan infrastruktur gas bumi dan kemampuan pemanfaatan gas beyond pipeline, PGN ingin memastikan seluruh titik wilayah bisa semakin terpenuhi kebutuhan gasnya.
“Kami melihat energi trilema sejalan dengan prinsip 4A+1S dalam jangka panjang dan PGN melakukannya dengan kata kunci yaitu integrasi dan agregasi. Integrasi atas infrastruktur PGN yang eksiting saat ini akan didekatkan dengan sumber-sumber yang ada di Pertamina yang juga menjadi customer,” papar Rosa lagi.
“Sejak 2021 PGN melihat kondisi bahwa fragmented pipeline network tidak lagi bisa mendukung kemandirian energi. Yang dibutuhkan adalah integrasi,” sambung dia.
Masih menurut Rosa, dengan memanfaatkan kapasitas infrastruktur eksisting maka peluang meningkatkan utilisasi gas bumi adalah 14 persen. Sedangkan, jika digabung dengan sumur-sumur baru, ditambah refinery dan petrochemical, maka PGN bisa meningkatkan utilisasi sebesar 48 persen.
“Oleh karena itu, pergerakan skema dari fragmented menjadi integrated atas infrastruktur menjadi penting demi kepentingan nasional dan tidak hanya sekadar kepentingan bisnis PGN,” ujarnya.
Pemanfaatan gas bumi domestik, lanjut dia, akan semakin meningkat melalui sinergi penyelarasan rencana strategis pemanfaatan gas bumi nasional dengan kerja sama PGN bersama seluruh stakeholder, regulator, dan calon pelanggan gas bumi di sisi hilir yang tentunya akan mendapat dukungan penuh dari pemerintah.
“Bagaimana infrastruktur yang sudah terhubung nanti dengan calon ataupun eksisting pelanggan, kita dapat jaga performanya. Ini juga bisa mendorong pertumbuhan customer baru. Diharapkan pada 2030 ke atas terjadi keseimbangan antara supply dan demand,” lanjut Rosa.
Berdasarkan proyeksi SKK Migas, produksi gas akan terus meningkat dengan terdapat proyek besar di Geng North, yang merupakan penemuan gas raksasa di wilayah Aceh dan Andaman.
Namun, infrastruktur terintegrasi menjadi tantangan tersendiri dan peran PGN menjadi krusial sebagai pengelola infrastruktur gas terbesar di Indonesia.
“Dengan pertumbuhannya atas utilisasi gas bumi, maka peran gas bumi di dalam ekosistem energi akan semakin baik lagi khususnya menjadi energi transisi menuju EBT,” sebut Rosa.
Bersama Pertamina sebagai holding, PGN juga telah menyiapkan rencana umum penyediaan gas.
“Kami sudah melakukan pemetaan atas kondisi neraca gas balance, supply and demand yang ada. Kemudian bagaimana peluang pemanfatannya untuk infrastruktur eksisting akan berkembang, sehingga memenuhi kebutuhan demand di kota-kota, kawasan-kawan industri, transportasi melalui CNG, dan transportasi laut, dengan memahami kondisi neraca gas,” pungkasnya.(Red)