Jakarta, ruangenergi.com- Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Wiko Migantoro mengatakan apabila tidak melakukan apapun di hulu migas, produksinya akan turun 19 (sembilan belas) persen.
Namun Pertamina giat melakukan aktifitas-aktifitas development untuk mempertahankan produksi di lapang eksisting.
“Bagi kami (Pertamina), produksi (hulu) yang stagnan ini, ini menunjukkan tanda-tanda produksi kita akan naik. Kalau diperhatikan, di beberapa penemuan terakhir, temuan eksplorasi banyak di dapat. Baik yang didapat oleh Pertamina dan oleh K3S (kontraktor kontrak kerjasama) lainnya. Dan ini memerlukan waktu sekitar 4-6 tahun bisa berproduksi. Artinya masa depan sudah mulai kelihatan, discovery sumurnya ada, discovery eksplorasinya ada. Selanjutnya, bagaimana kita (Pertamina) mempercepat produksi,”kata Wiko dihadapan Komisi VI DPR, Rabu (12/06/2024), di Jakarta.
Itu sebabnya, lanjut Wiko, Pertamina butuh dukungan stake holder hulu migas. Bagaimana memperbaiki fiscal term di hulu, dengan begitu bisa menambah cadangan yang ekonomis untuk dikerjakan, sehingga bisa meningkatkan produksi dengan cepat.
“Kontribusi kami (Pertamina) di hilir, impor bbm saat ini sudah menurun seiring dengan kegiatan-kegiatan blending bio fuel.Bio diesel 35 persen dari FAME. Berarti 35 persen impor solar bisa diturunkan. Ini akan diteruskan untuk program berikutnya B40. Tadi ditanyakan project-project kilang, dominan kita menggunakan bio ini. Itu tentu saja mengurangi impor produk. Disamping juga, untuk meningkatkan utilisasi gas,” ungkap Wiko dihadapan DPR.