Bandung, Jawa Barat, ruangenergi.com- Deputi Director Marketing and Business Development PT Badak NGL Mohamad Farouk Riza mengatakan pihaknya tidak bisa berbuat banyak terhadap kondisi kilang LNG Badak.
Kilang LNG Badak, saat ini beroperasi dengan 2 Train + 1 standby. Itu sebabnya akan dilakukan reaktivasi kilang.
“Reaktivasi kilang itu direncanakan akan selesai di tahun 2028 di awal Q1 atau Q2 dengan catatan disetujui budgetnya,” kata Mohamad Farouk Riza dalam paparan di Forum Gas Bumi, Kamis (20/06/2024), di Bandung, Jawa Barat.
Farouk bercerita, pihaknya diminta untuk memanfaatkan dan mengkomersialisasikan marginal gas (stranded gas, flare gas), yang unrecoverable karena berbagai kondisi, yakni: jumlah yang kecil, jauh dari Market, banyak impurities serta sulit dieksplorasi.
Badak NGL, lanjutnya, ditugaskan untuk membuat mini Liquefied Natural Gas (LNG) atau gas alam cair.
“Terkait dengan mini LNG pabriknya tahun depan 2025 sudah COD (commercial operation date), sudah deliver untuk engineeringnya,”papar Farouk.
PHE, urai Farouk, sedang menugaskan Badak LNG untuk mengevaluasi pemanfaatan beberapa lapangan marginal gas yang berada di Region 1 (Sumatera) & Region 2 (Jawa Barat) untuk dimanfaatkan sendiri (on use, skema hulu) maupun dikomersialkan (skema hililr).
Untuk rencana ekstraksi LPG (Liquefied petroleum gas) di East Kalimantan, masih belum jelas kapan selesainya karena tergantung pembicaraan dari sisi komersial dan legal plus sisi gas producersnya.
Terhadap kondisi Kilang Badak yang hanya beroperasi 2 (dua) Train dan 1 (satu) standby, Farouk hanya berkata diplomatis.
“Seperti disampaikan tadi, kilang itu milik negara. Jadi harus dikembalikan ke negara dalam kondisi yang baik. Kita (Badak NGL) tidak boleh merusaknya, tidak boleh membiarkannya. Tapi di komisioning dengan seoptimalnya. Begitulah. Kecuali dari Negara memanfaatkannya untuk hal yang lain. Kami tidak boleh ngapain-ngapain, kecuali kembalikan kepada Negara,” tutur Farouk dengan wajah sedih.