Ini Ya Isi Laporan Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas kepada Peserta FGB

Bandung, Jawa Barat, ruangenergi.com- Beberapa catatan penting selama gelaran 4 (empat) hari berturut-turut, dari 19 (sembilan belas) hingga 21 (dua puluh satu) Juni 2024, Forum Gas Bumi 2024 yang diselenggarakan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) di Hotel Pullman, Bandung, Jawa Barat, disampaikan Deputi Keuangan dan Komersialisasi Kurnia Chairi.

Untuk produksi gas nasional mengalami peningkatan yang lebih dari 100 (seratus) persen antara tahun 2024 hingga tahun 2035.

“Terima kasih kepada K3S untuk seluruh effort-nya, kerja keras massive agressif yang dilaksanakan mudah-mudahan membuahkan hasil yang kita melihat indikasinya nyata ke arah sana,” kata Kurnia Chairi.

Kurnia bercerita, saat ini produksi gas Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Ada beberapa masalah yang mungkin disaat ini dihadapi mungkin terkait komersialisasi gas ini, antara lain ketersediaan infrastruktur, kemudian kebijakan harga dan yang sangat pentingnya peningkatan koordinasi lintas sektoral.

“Harapan kami dengan pertemuan kita dibeberapa hari kemarin, koordinasi ini bisa kita terus tingkatkan,”pinta Kurnia dihadapan ratusan peserta yang hadir di Forum Gas Bumi yang diadakan di Bandung.

Dengan semangat Kurnia berkata di hadapan peserta, terdapat surplus produksi gas di Jawa Timur yang jumlahnya mencapai hingga 400 MMSCFD pada periode 2024 hingga 2035. Sedangkan wilayah Jawa Barat mengalami defisit gas hingga mencapai puncaknya sebesar 600 MMSCF pada tahun 2035.

“Artinya, even surplus itu bisa di deliver, masih belum memenuhi kecukupan untuk ketersediaan ataupun kecukupan gas di Jawa Barat,” papar pria yang berkarier lama di Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Kurnia bercerita lagi, terdapat potensi tambahan produksi gas dari beberapa K3S di Jawa Barat sekitar 100 MMSCFD dan K3S di Jawa Timur lebih dari 200 MMSCFD pada 2024 hingga 2030.

“Dapat kami informasikan para pembeli utama gas bumi di Indonesia saat ini tentu saja dari sektor ketenagalistrikan, PGN, PLN, Pupuk Indonesia, dan Kilang Pertamina Indonesia membutuhkan total tambahan demand gas untuk Jawa Barat sebesar 400 (empat ratus) hingga 800 (delapan ratus MMSCFD,” unggah Kurnia.

Dia juga melaporkan kepada peserta FGB, untuk utilisasi pipa pengangkutan gas bumi dinilai masih relatif rendah. Saat ini pembangunan pipa dapat dibiayai dari APBN antara lain dengan skema BLU (Badan Layanan Umum) yang diharapkan dapat memberikan tarif pengangkutan yang lebih efisien.

“Pemerintah telah berkomitmen untuk membangun pipa Cirebon-Semarang Tahapan kedua sepanjang 425 kilometer dengan anggaran APBN sebesar Rp3,07 Trilyun. Masa kontruksi selama 17 bulan mulai Juli 2024 hingga Desember 2025. Alhamdulilah alokasi anggaran ini sudah diusulkan masuk ke dalam rancangan APBN 2025 yang nanti disampaikan Bapak Presiden Jokowi di bulan Agustus 2024 untuk dibahas bersama DPR. Mudah-mudahan dapat disetujui oleh DPR sehingga bisa dilaksanakan di tahun ini dan dilanjutkan di tahun depan,”tutur Kurnia lagi.

Pemerintah, jelas Kurnia, berencana membangun pipa transmisi Dumai-Sei Mangke (DuSem) sepanjang 556 kilometer mulai dari tahun 2025.

“Pembangun ini (DuSem) diharapkan bisa menjadi kunci terintegrasinya pipa gas sepanjang Sumatera dan terintegrasi pipa gas sepanjang Sumatera-Jawa,” tutur Kurnia.

Indonesia saat ini tercatat sebagai negera terdepan terkait implentasi teknologi LNG (Liquefied Natural Gas).

“PT Badak merupakan kilang LNG Pertama di dunia. PT Perta Arun Gas saat ini menjadi satu-satunya konversi LNG terminal di dunia dan terminal reekspor LNG paling aktif di dunia. Sedangkan FSRU Jawa 1 sebagai proyek integrasi kelistrikan yang mampu menambah value re-bulking LNG. Pipa CiSem Dua yang merupakan enabler integrasi pipa transmisi Jawa Timur dan Jawa Barat. Meski demikian virtual pipeline dengan moda mini LNG dan CNG masih tetap perlu kita optimalkan,” ungkap Kurnia.

Kurnia menyampaikan lagi, analisa riset terakhir bahwa kelistrikan akan menjadi sektor utama pengguna energi, dimana gas akan memegang peran utama, peran penting untuk menggantikan pasokan batu bara.

“Gap supply demand gas nasional akan meningkatkan penggunaan LNG termasuk adanya potensi kebutuhan impor LNG di masa mendatang. Demikian laporan dan summary pelaksanaan Forum Gas Bumi tahun 2024,” tutup Kurnia menuntaskan laporannya kepada peserta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *