Good Idea! NCKL Kurangi Limbah Bentuk BBS untuk Daur Ulang plus Hasilkan Nilai Tambah

Jakarta, ruangenergi.com-Kabar gembira datang dari PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel,bertujuan untuk kurangi limbah tambang (tailing).

Oleh karena itu, Harita Nickel bersama dengan mitra strategisnya juga telah mendirikan dua perusahaan baru, yaitu PT Bhakti Bumi Sentosa (BBS) yang bertujuan untuk mengurangi limbah dari produksi HPAL dengan cara daur ulang sekaligus menghasilkan produk bernilai tambah dari limbah.

“Pembentukan PT (perseroan terbatas) baru ini yaitu PT BBS, dapat mengurangi volume limbah atau turunan dari hasil produksi dari proyek HPAL kami. Itu sebabnya,kami berupaya agar bisa mengolah limbah. Saat ini feasibility studynya sedang kita finalisasi. Tapi akan cukup untuk mengurangi jumlah volume limbah secara tahunan sekitar 1,5 juta ton limbah. Ini akan sangat signifikan untuk kurangi limbah hasil proses HPAL yang ada di Pulau Obi,”kata Direktur Utama Harita Nickel, Roy Arman Arfandy dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Paparan Publik yang di gelar Kamis (27/06/2024), di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Hotel, Jakarta.

Roy bercerita, tentunya kapasitas produksi ini akan mendorong profitabilitas Harita Nickel. Alasannya, limbah itu dulu tidak bisa diapa-apakan, kini bisa diproses menjadi produk turunan yang menghasilkan nilai tambah juga bagi perseroan.

Harita Nickel bersama dengan mitra strategisnya juga telah mendirikan dua perusahaan baru, yaitu PT Bhakti Bumi Sentosa (BBS) dan PT Cipta Kemakmuran Mitra (CKM). PT BBS bertujuan untuk mengurangi limbah dari produksi HPAL dengan cara daur ulang sekaligus menghasilkan produk bernilai tambah dari limbah, sedangkan PT CKM bertujuan untuk memproduksi limestone menjadi quicklime untuk menekan biaya produksi dari fasilitas HPAL.

Direktur Keuangan Harita Nickel, Suparsin Darmo Liwan menjelaskan, terkait dengan nilai investasi yang dikeluarkan Harita untuk CKM, yang didirikan dengan tujuan memproduksi limestone menjadi quicklime, masih dalam feasibility study (FS).

“Yang pasti di sini kami mau memaksimal value change dari Pulau Obi sendiri. Jadi yang tadinya kami beli dari luar, otomatis kami harus membayar marjin dan akan keluar ke pihak supplier. Ini kalau misalnya kita bisa produksi sendiri, marjinnya itu akan di-absorb oleh grup (NCKL),”papar Suparsin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *