Jakarta, ruangenergi.com- Kesiapan gas nantinya sebagai energi transisi saat ini sedang didiskusikan secara mendalam oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
SKK Migas sudah melihat bagaimana Pemerintah Indonesia menyiapkan dukungan-dukungan infrastruktur yang diperlukan untuk mengatasi adanya over supply gas dengan membangun jalur transmisi pipa gas.
“Jalur transmisi pipa gas yang sedang dibangun menghubungkan Jawa dan Sumatera. Nanti kita perlu moving bagaimana kesiapan receiving terminal dan lain-lain, tentu diskusi yang masih terus berlangsung.Yang pastinya, pada saat produksi (gas) mencapai pada saat peak yang kita rencanakan dan demand nya tersedia, infrastruktur sudah mendukung,”kata Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi menjawab pertanyaan ruangenergi.com dalam konferensi pers Jumat (19/07/2024), di Jakarta.
Dalam catatan ruangenergi.com,Wakil Kepala SKK Migas Shinta Damayanti mengatakan, konsumsi gas diperkirakan akan meningkat lebih besar lagi.Konsumsi gas yang saat ini yang sekitar 6.000 MMSCFD diperkirakan meningkat menjadi 26.112 MMSCFD di tahun 2050, atau naik sebesar 298 persen.
“Peningkatan volume ini terjadi dikarenakan migas masih diperlukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sektor energi, namun juga untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku atau feedstock bagi pembangunan industri kita, khususnya industri petrokimia,” kata Shinta saat peluncuran kemitraan Pembangunan Ruang Hijau Taman Buah Puspantara Ibu Kota Nusantara di Desa Suko Mulyo, Kecamatan Sepaku, Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur, Senin (08/07/2024).
Selain itu produksi gas juga akan semakin dominan ke depannya, dikarenakan gas adalah energi transisi menuju penggunaan energi baru dan terbarukan.