Jakarta, ruangenergi.com – Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi minyak bumi guna mencapai kedaulatan energi nasional. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan komitmen tersebut dalam Forum Investasi yang digelar di Jakarta, Selasa (11/2). Ia mengungkapkan bahwa ada tiga langkah utama yang tengah didorong pemerintah untuk meningkatkan lifting minyak bumi.
“Optimalisasi produksi dengan teknologi, reaktivasi sumur yang tidak aktif, serta eksplorasi potensi minyak bumi di berbagai wilayah menjadi langkah utama dalam mencapai target lifting minyak bumi,” ujar Bahlil.
Pemerintah menargetkan produksi minyak bumi nasional mencapai 900 ribu hingga 1 juta barel per hari pada 2028-2029. Untuk mencapai target tersebut, intervensi teknologi menjadi kunci, termasuk penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) guna meningkatkan produksi dari sumur-sumur yang ada.
Bahlil juga menyoroti penerapan teknik pengeboran horizontal yang telah berhasil meningkatkan produksi minyak bumi di Amerika Serikat.
“Teknik ini terbukti efektif di AS, dan kita mulai mengadopsinya di beberapa wilayah kerja migas di Indonesia,” tambahnya.
Selain meningkatkan produksi dari sumur aktif, pemerintah juga mendorong percepatan perubahan status sumur eksplorasi menjadi sumur produksi. Dalam waktu dekat, Kementerian ESDM akan mengevaluasi sumur-sumur yang belum dikembangkan secara optimal serta merencanakan lelang 60 Wilayah Kerja (WK) Migas pada periode 2026-2027.
“Kita akan mempercepat prosesnya. Saya sudah instruksikan kepada SKK Migas dan para pemegang konsesi, baik dari BUMN maupun swasta, agar segera meningkatkan status sumur yang sudah selesai eksplorasi menjadi sumur produksi,” tegas Bahlil.
Dalam kesempatan tersebut, Bahlil juga menekankan pentingnya transisi menuju energi bersih dengan harga yang tetap terjangkau bagi masyarakat. Pemerintah terus berkomitmen mengembangkan energi baru terbarukan untuk mendukung target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
“Kita akan mengombinasikan batu bara, gas, dan energi baru terbarukan agar tetap mencapai energi bersih, tanpa membebani masyarakat dengan harga tinggi maupun membebani negara dengan subsidi yang besar,” jelasnya.
Selain sektor minyak dan gas, pemerintah juga menaruh perhatian besar pada program hilirisasi yang menjadi bagian penting dalam strategi pertumbuhan ekonomi. Dari total investasi USD 618 miliar yang ditargetkan untuk hilirisasi hingga 2040, sebanyak 91,8 persen berada di sektor ESDM, termasuk pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.
“Hilirisasi ini bukan hanya tentang meningkatkan nilai tambah sumber daya, tetapi juga membuka peluang lapangan kerja baru dan menciptakan kawasan industri yang mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Bahlil.
Dengan berbagai langkah strategis ini, pemerintah optimistis dapat mencapai kedaulatan energi nasional serta meningkatkan daya saing industri dalam negeri di kancah global.