Kode Keras Nih dari Pertamina: Siap Diberikan Peran Signifikan Dalam Pembahasan RUU Migas

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com- Kode keras dilontarkan Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Wiko Mirgantoro kepada Komis XII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa Pertamina siap diberikan peran signifikan di dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Migas (RUU Migas). Plus untuk pembahasan Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Walau begitu, secara paralel menunggu hal itu, tidak menghalangi Pertamina untuk meningkatkan produktifitas, meningkatkan investasi.

“Untuk regulasi terkait pendukung terkait  RUU Migas,KEN, kami sangat appreciate atas dukungannya dan kami menyatakan di sini sebetulnya sangat siap apabila kita diberi peran signifikan di dalam RUU Migas tersebut. Namun, sambil pararel menunggu itu Pak, tidak menghalangi bagi kami untuk meningkatkan produktifitas, meningkatkan investasi. Hari-hari ini kami bersama dengan migas memiliki Pokja (kelompok kerja) untuk peningkatan produksi hulu migas.Aktifitas yang kita lakukan di sana termasuk diantaranya menggunakan teknologi, membicarakan fiskal term yang lebih menarik supaya menambah cadangan ekonomis supaya kita punya program kerja berinvestasi yang ekonomis,”kata Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Wiko Mirgantoro saat menjawab pertanyaan Komisi XII DPR dalam rapat Dengar Pendapat dengan Dirut PT Pertamina (Persero) dengan menghadirkan seluruh Dirut sub-holding dengan agenda: 1. Struktur organisasi holding, subholding, dan sub-subholding PT Pertamina; 2. Program strategis Tahun 2025; 3. Progres pembangunan RDMP; 4. Pasokan bahan baku refinery; 5. Pasokan BBM dan LPG menjelang bulan ramadhan dan Idul Fitri 1446; 6. Lain-lain. Kamis (20/02/2025), di Jakarta.

Jadi, lanjut Wiko, dalam paralel dengan pembahasan RUU Migas tersebut, juga KEN, tidak menghentikan kegiatan Pertamina untuk meningkatkan produksi kita.

“Detailnya nanti kita kami sampaikan apa yang bisa kita lakukan, apa yang sedang kita lakukan untuk meningkatkan produksi nasional tersebut,”papar Wiko.

Mengenai transisi energi, urai Wiko, Pertamina memiliki rencana mid term sampai 5 tahun dan melihat di situ pertumbuhan energi fosil masih cukup bertumbuh dan tidak hilang begitu saja, sehingga Pertamina juga tidak meninggalkan pengembangan yang berbasis fosil tersebut.

“Namun demikian, pararel kami juga meningkatkan bauran energi yang berasal dari renewable, termasuk yang memiliki karbon emisi yang lebih rendah, yaitu dengan gas,”

Wiko bercerita di hadapan DPR, bahwa dari geothermal memiliki kapasitas untuk dimaksimalkan. Dari gas juga memiliki kapasitas untuk dimaksimalkan.

“Bahkan di fuel kita memiliki bauran untuk solar sekarang bisa B40. Kemudian kita juga sedang mengembangkan bio ethanol dan lain sebagainya.Apa challangesnya? Tentu saja kita (Pertamina) tidak bisa berdiri sendiri. Kita harus berbicara ke seluruh ekosistem, baik Pemerintah maupun konsumen. Karena memang beberapa itu memerlukan keekonomian yang cukup. Misalnya di bioethanol kita harus bicara bagaimana ini bisa termonetisasi. Kami hari ini sudah berjualan bioetanol di 100 SPBU.Kemudian kita juga meningkatkan geothermal juga sama, kita harus bicara dengan offtaker kita. Di negara kita kan listrik kan single offtaker kan? Harus kita bicarakan bersama untuk mengembangkan itu,”ungkapnya.