Wow! DPR Kaget Produksi Petronas Indonesia Loncat Turun dari 8 Ribu ke 5700 BOPD

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com- Presiden Direktur Petronas Indonesia Yuzaini Md Yusof menyampaikan bahwa perseroan yang dia pimpin di tahun 2025 ini, target produksinya menurun.

Ini disebabkan tantangannya dari sumur-sumur minyak eksisting yang dioperasikan Petronas Indonesia, ada penurunan tekanan reservoir dan juga peningkatan water cut yang mengikuti decline rate-nya.

“Itu mengikut decline rate-nya. Jadi target untuk tahun ini kami dengan dukungan SKK Migas akan mengebor 2 (dua) well di perusahaan kami ini. Insya Allah akan meningkatkan produksinya mungkin akhir tahun ini,” kata Yuzaini saat Komisi XII DPR RI Rapat Dengar Pendapat dengan Kepala SKK Migas dengan menghadirkan 10 Dirut KKKS terbesar di Indonesia, dengan agenda: 1. Skema rezim fiskal (Production Sharing Contract Cost Recovery dan Gross Split; 2. Lain-lain. Kamis (27/02/2025) lalu.

Petronas Indonesia, lanjut Yuzaini, beroperasi di 9 (sembilan) Wilayah Kerja Perminyakan di Indonesia.

Ketika ditanyakan Komisi XII DPR optimis naik ke berapa produksi dari lapangan-lapangan migas yang dikelola Petronas Indonesia, Yuzaini menjawab diplomatis.

“Untuk tahun depan, ya optimisnya kami akan melihat dulu data dulu untuk 2 (dua) infilling drillingnya,” tutur Yuzaini.

Ketika Komisi XII DPR Bambang Patijaya menanyakan ke Yuzaini, dari trend angka ini menujukkan ke berapa, dia menuturkan:

“Sekarang ini dari 5700 ya targetnya mungkin tahun depan ya 6000 bopd. Itu untuk oil dan gas akan kami terus produksi selama 40 MMSCFD. Dan kami juga akan plan untuk development Bukit Panjang yang akan kami salurkan untuk wilayah Ketapang ini untuk increase produksi di tahun 2027. Itu proyek yang ke depanlah, untuk meningkatkan produksi,”urai Yuzaini.

Tidak puas dengan penjelasan Yuzaini, membuat Bambang Patijaya mengejar dia dengan pertanyaan.

“Tadi saya mendengar 8 ribu per hari tahun 2024. Sekarang kenapa turun?” tanya Bambang.

Yuzaini lantas menjelaskan ke hadapan Ketua Komisi XII DPR beserta anggota komisi lainnya.

“Itu disebabkan sumur-sumurnya sudah decline. Jadi 5700.”

Mendengar penjelasan Yuzaini, Bambang pun berkomentar; “Dari 8 ribu langsung loncat terjun ke 5700, Wau! Berapa persen itu hilangnya?”

Yuzaini meresponsenya. “Declinenya dalam 10 hingga 13 persen. Tapi disebabkan di tengah-tengah issue itu, ada well intervention yang kita perlu kita lakukanlah.”

“Lalu masih untung Bapak kerja?” tanya Bambang Patijaya kepada pimpinan Petronas di Indonesia itu.

“Masih Pak,”urai Yuzaini.

Ketika ditanyakan cost per barelnya, Yuzaini menjelaskan costnya di angka US$15 sampai US$17 per barelnya.

“Petronas Ketapang ini sudah beroperasi selama 7 tahun. Jadi sudah ada declinenya. Ini carbon net ini terkenal decline ratenya agak tinggi. Jadi haruskan kita terus mengebor dan untuk cari lagi well interventionnya,” papar Yuzaini yang juga member dari Indonesia Petroleum Association.