Jakarta, Ruangenergi.com – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyambut baik pedoman kebijakan Indo-Pasifik yang dirancang oleh pemerintah federal Jerman pada September 2020 yang lalu.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Marves, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam acara Asia-Pacific Conference of German Business, yang diadakan pada Senin, 19-10-2020, secara virtual.
Acara tersebut dihadiri oleh Vice Chair of the Board of Councilor Keidanren and Chairman of the Board NEC Corporation, Chairman Asia-Pacific Committee of German Business, Director Program Asia European Council on Foreign Relations, Chairman Munich Security Conference, Menteri Keuangan Australia, Chairman Mitsubisi Electrik, CEO Schaeffler, dan lain-lain.
Menurutnya, pedoman ini menegaskan kembali kepentingan bersama kedua negara, yang mencakup perdamaian dan keamanan, perdagangan bebas, jalur perdagangan yang terbuka, diversifikasi hubungan, perlindungan lingkungan, serta transformasi digital.
“Apalagi dengan terjadinya pandemi Covid-19, produk domestik bruto (PDB) Indonesia pun ikut tertekan. If the whole world comes together, we will be able to go out of this crisis more potent than ever (Jika seluruh dunia bersatu, kita akan mampu mengatasi krisis ini lebih kuat dari sebelumnya),” jelas Luhut.
Luhut mengajak investor Jerman untuk menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur untuk kawasan Asia Tenggara.
“Indonesia is the largest economy in ASEAN, with 273 million people and more than US$ 1 Trillion GDP (Indonesia memiliki ekonomi terbesar di ASEAN, dengan 273 juta penduduk dan PDB senilai lebih dari US$ 1 Triliun),” kata Luhut.
Ia menambahkan, dunia kini sedang bergerak, demikian dengan bisnis. Oleh karena itu, Kemenko Marves mendorong kerja sama yang saling menguntungkan antara Indonesia dengan pemangku kepentingan terkait.
“Kerja sama ini bisa bergerak di bidang ekonomi, ketenagakerjaan, kesehatan, dan teknologi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Luhut mengungkapkan, Indonesia pun akan mendorong kerja sama perdagangan dengan negara-negara non ASEAN. Misalnya, Indonesia dengan Uni Eropa (UE) melalui perjanjian kerja sama ekonomi Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
“Dengan platform ini, kemitraan strategis Indonesia dan UE akan semakin kongkrit,” ungkapnya optimis.
Ia menjelaskan, bahwa UU Cipta Kerja akan menyederhanakan 8.451 aturan nasional dan 15.965 aturan regional yang membebani bisnis skala kecil, menengah, maupun besar. Tentunya hal ini merupakan suatu langkah progresif untuk memperbaiki iklim berusaha di Indonesia.
Selain itu, melalui UU Cipta Kerja, Indonesia melakukan pembaruan undang-undang (UU) terkait tenaga kerja di Indonesia. Aturan ini akan menyeimbangkan perlindungan tenaga kerja dengan penciptaan lapangan kerja.
Kemudian Indonesia tengah mendorong investasi di bidang kesehatan, yang dilakukan dengan memberikan otonomi yang lebih luas di sektor bahan baku aktif farmasi (active pharmaceutical ingredients) dan investasi rumah sakit.
“Lebih dari 600 ribu ‘wisatawan medis’ asal Indonesia berobat ke Singapura, Malaysia, Amerika Serikat , Thailand, dan lain-lain, mereka menghabiskan milyaran dolar pertahun di luar negeri, kenapa tidak kita buka lebih banyak RS Internasional di Indonesia. Semangatnya adalah mengamankan devisa,” papar Luhut.
Dikatakan olehnya, Indonesia juga sedang mengembangkan industri baterai lithium berbahan baku seperti, nikel, kobalt, bauksit, dan tembaga. Baterai Lithium akan semakin banyak digunakan di masa depan, seperti untuk mobil elektrik, microgrids, dan produk elektronik.
Diakhir sambutannya, Luhut berharap, agar tahun depan kondisi global sudah pulih sehingga aktifitas kerjasama antara kedua negara pun bisa kembali normal.