Bisnis Hilir Migas Bisa Eksis Loh Selama Ada Bisnis Hulu Migas, Percaya Deh!

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Serpong, Tangerang Selatan, ruangenergi.com- Roberto Lorato, Director & Chief Executive Officer of PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi), menyatakan bisnis hilir bisa eksis selama ada bisnis hulu migas hidup.

Untuk bisa menggerakan downstream maka upstream harus ditingkatkan.Secara geologi indonesia masih punya peluang untuk mencapai target tersebut.

“Untuk bisa investasi di downstream. Untuk bisa menggerakan downstream maka upstream harus ditingkatkan. Pemerintah pasang target produksi migas tinggi di tahun 2030, yaitu 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar MMscfd. Secara geologi indonesia masih punya peluang untuk mencapai target tersebut,” ungkap Roberto saat menjadi keynote speaker Plenary Session hari kedua dalam gelaran IPA Convex 2025 bertemakan Transforming Resources: The Future of Oil and Gas Down-Streaming for Economic Growth and Sustainability, Rabu (21/05/2025), di ICE BSD, Serpong, Tangerang Selatan.

Sektor hilir (downstream) migas sangat bergantung pada keberlanjutan hulu (upstream) migas. Disisi lain hilir migas jadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Itu artinya kolaborasi antara bisnis hilir dan hulu migas jadi kunci utama memastikan pertumbuhan ekonomi.

Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Aditiyawarman, menyatakan bahwa bisnis downstream merupakan tidak hanya membutuhkan kolaborasi dengan bisnis hulu tapi juga merupakan bisnis jangka panjang.

“Ini (refinery) harus memiliki kepastian dalam kebijakan dan juga regulasi untuk menarik investor untuk datang dan berinvestasi di negara kita. Dan bagian lain yang harus ditekankan dalam hilirisasi tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tapi minyak dan gas khususnya adalah untuk menciptakan nilai tambah,” ungkap Taufik di hadapan peserta The 49 th IPA Convex 2025.

Sementara itu Rahmad Pribadi, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, menjelaskan bahwa bisnis hulu migas ternyata memiliki peran besar terhadap ketahanan pangan karena bahan baku pupuk sebagaian besar masih dipenuhi dari gas. Keberlanjutan bisnis hulu migas bakal menentukan terhadap target ketahanan energi Indonesia.

“Fertilizer dan energi sangat erat hubungannya. Upstream perannya besar untuk ketahanan pangan. 75% fertilizer datang dari sektor upstream sehingga berkonstribusi besar ketahanan pangan,” jelas Rahmad.

Pupuk sendiri membutuhkan tambahan pasokan gas dalam rangka rencana ekspansi kapasitas pabrik pupuk. Selain itu kebutuhannya berubah dari gas pipa menjadi LNG. Saat ini total kebutuhan gas mencapai 821 BBTUD akan terus meningkat hingga nanti 1.342 BBTUD di tahun 2030-2051. Dengan kebutuhan gas yang tinggi maka diharapkan harga yang bisa didapatkan juga kompetitif.

“Indonesia atau pelaku usaha hilir pupuk atau gas Indonesia tidak mendapatkan harga gas terbaik secara global. Kami sebenarnya sedang menjajaki beberapa peluang di Afrika Utara dan Amerika Utara, di mana harga gas cukup rendah,” jelas Rahmad.