Lapor Pak! 386 Sumur Siap Konstruksi oleh Pertamina Hulu Rokan

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Pekanbaru, Riau, ruangenergi.com– Kabar gembira datang dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional Sumatra Subholding Upstream Pertamina, yang menyampaikan terus mencatatkan kinerja gemilang dengan keberhasilan mengakselerasi 386 sumur berstatus Ready For Construction (RFC) hingga awal Mei 2025 di Zona Rokan.

Pencapaian ini bukan sekadar angka, melainkan fondasi krusial yang dilakukan berkat upaya tim Land Matter and Formalities Regional 1 Sumatera dalam memastikan ketersediaan lahan tepat waktu, aman secara legal, dan siap mendukung target ambisius produksi migas nasional.

Tim pertanahan PHR ini menjadi garda terdepan dalam mengatasi kompleksitas pembebasan lahan dan perizinan. Dengan pendekatan terstruktur dan solutif, PHR berhasil menuntaskan berbagai tantangan, yang tercermin dalam capaian signifikan.

Hasil yang diperoleh, sebanyak 180 sumur telah berhasil ditajak setelah memperoleh status RFC, mencerminkan kesigapan dalam menjamin kesiapan lahan yang bebas hambatan. Kemudian 70 sumur berada dalam kawasan hutan, namun telah mendapatkan Surat Keputusan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (SK PPKH) pada tahun 2024. Keberhasilan ini disertai dengan penyelesaian hak-hak pihak ketiga secara damai, transparan, dan tuntas, sebagai wujud penghormatan terhadap masyarakat sekitar dan legalitas tata ruang.

Pengadaan Lahan

Selanjutnya 62 sumur berhasil dilakukan pengadaan lahan melalui mekanisme Land Indemnification, sesuai dengan SK Kepala SKK Migas No. 15 Tahun 2020. Proses ini berjalan efektif berkat dukungan appraisal independen dan dokumentasi yang akuntabel. Dan 81 sumur lainnya merupakan aset BMN Hulu Migas yang sebelumnya menghadapi tantangan perambahan.

PHR dengan sinergi bersama Aparat Penegak Hukum, Fungsi Legal, serta Pengelola Aset, berhasil menyelesaikan isu perambahan secara bertahap dan persuasif, memastikan keberlanjutan fungsi strategis lahan negara.

“Pencapaian lebih dari 100 sumur RFC dalam satu triwulan adalah tonggak penting yang jarang terjadi dalam skala penyediaan akses lahan untuk hulu migas di Indonesia. Status RFC memastikan bahwa seluruh prasyarat dasar telah terpenuhi yakni lahan clear and clean, perizinan lengkap (termasuk SK PPKH untuk kawasan hutan), dan dokumen teknis administratif rampung. Dengan demikian, tim konstruksi dan drilling dapat segera memulai pekerjaan di lapangan untuk memulai pembangunan akses jalan, lokasi wellpad, hingga pengeboran,” kata Sr Manager Land Matters & Formalities, Agung Prasetya.

Agung bercerita, setiap sumur RFC adalah potensi tambahan produksi. Dengan 180 sumur sudah ditajak dari total 386 yang siap konstruksi, artinya produksi migas sudah bisa mulai mengalir dari sebagian besar sumur tersebut dan kontribusi langsung terhadap target nasional lifting minyak dan gas, terutama dari Blok Rokan yang merupakan backbone produksi migas nasional.

“Pencapaian RFC ini bukan sekadar angka, melainkan bukti konkret bahwa tahapan eksplorasi dan eksploitasi migas bisa berjalan lancar karena faktor lahan yang tuntas lebih awal. Dengan RFC, rig sudah bisa masuk. Dengan RFC, konstruksi dan pengeboran langsung bisa jalan. Ini adalah fondasi awal yang menentukan kesuksesan hilirnya,” ujarnya.

Upaya-upaya gemilang yang dilakukan PHR ini adalah buah dari kolaborasi erat dengan berbagai pihak eksternal dan internal. Sinergi yang kuat terjalin dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ATR/BPN, Kejaksaan Tinggi, SKK Migas, Dinas ESDM Provinsi Riau dan Aparat Penegak Hukum. Pendekatan berbasis risiko diterapkan dalam setiap tantangan lahan, termasuk mitigasi sosial untuk menjaga kondusivitas operasional.

Lebih dari sekadar urusan administrasi dan legalitas, PHR mengedepankan nilai-nilai humanis dalam setiap interaksi dengan masyarakat. Dialog dan musyawarah menjadi fondasi dalam memastikan bahwa kepentingan masyarakat terdampak juga menjadi perhatian utama.