Pipa gas bumi

Empat Strategi SKK Migas Jaga Pasokan Gas Domestik, dari Eksplorasi hingga Skema Swap

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyiapkan empat strategi utama untuk menjaga ketersediaan pasokan gas dalam negeri di tengah meningkatnya permintaan industri dan pembangkit listrik.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, dalam sebuah forum diskusi yang digelar pada Kamis siang, 17 Juli 2025.

“Kita tidak sedang menghadapi krisis gas nasional, tetapi tantangan distribusi dan waktu produksi. Empat strategi ini dirancang untuk menjamin ketersediaan gas domestik secara berkelanjutan,” ujar Kurnia.

Empat Strategi Utama

  1. Eksplorasi dan Percepatan Produksi
    SKK Migas berkomitmen mendorong percepatan eksplorasi dan produksi migas, terutama dengan menjaga iklim investasi yang kondusif dan keekonomian hulu migas agar tetap menarik bagi investor.
  2. Penyaluran LNG ke Wilayah Defisit
    Wilayah-wilayah yang mengalami kekurangan pasokan gas akan dipenuhi melalui penyaluran LNG. Hal ini membutuhkan pembangunan dan penguatan infrastruktur pendukung, seperti jaringan pipa dan terminal regasifikasi, agar LNG dapat dialirkan ke wilayah-wilayah defisit energi.
  3. Skema Gas Swap
    Untuk menutupi kesenjangan pasokan sementara, SKK Migas menerapkan skema gas swap, yakni pengalihan pasokan dari wilayah surplus ke wilayah defisit dengan pendekatan fleksibel berdasarkan performa lapangan gas dan kebutuhan mendesak.
  4. Penjadwalan Ulang Kontrak Ekspor
    Salah satu strategi penting lainnya adalah melakukan pengaturan ulang jadwal ekspor gas, agar sebagian volume bisa dialihkan ke pasar domestik. Langkah ini akan mempertimbangkan kepastian penyerapan dan daya beli domestik yang mencerminkan keekonomian lapangan gas.

Pentingnya Infrastruktur Gas Domestik

Kurnia juga menyoroti perlunya peningkatan infrastruktur gas nasional, terutama untuk mendukung konektivitas antara wilayah surplus dan wilayah defisit. Salah satunya adalah memastikan kesiapan kapasitas pelabuhan (labuh) dan alur distribusi LNG agar dapat masuk ke jaringan pipa besar domestik yang menghubungkan Sumatera dan Jawa.

“Penurunan produksi di wilayah Indonesia barat perlu ditopang oleh pasokan dari wilayah yang surplus, baik melalui jaringan pipa maupun kapal LNG. Maka proyeksi kapasitas labuh dan alir LNG menjadi sangat penting,” tegas Kurnia.

Dengan keempat strategi tersebut, SKK Migas berharap pemenuhan gas domestik dapat berjalan lancar, sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional di tengah meningkatnya kebutuhan dan transisi menuju energi bersih.