Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com-PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Subholding Gas Pertamina, tancap gas dalam upaya memperkuat infrastruktur gas bumi nasional. Langkah ini diambil untuk menjawab tantangan klasik distribusi energi—mismatch antara lokasi pasokan dan pusat permintaan—yang selama ini menjadi hambatan utama pemerataan akses energi bersih di Indonesia.
“Permintaan gas bumi di wilayah Sumatera dan Jawa bagian barat sangat tinggi. Namun sayangnya, infrastruktur penyalur gas belum sepenuhnya siap. Di sisi lain, wilayah seperti Jawa Timur justru mengalami surplus pasokan,” ujar Direktur Utama PGN, Arief S. Handoko, Rabu (17/7/2025), di Jakarta.
Indonesia Kaya Gas, Tapi Tantangannya Distribusi
Fenomena ketimpangan ini turut diamini Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi. Ia menyebut bahwa Indonesia secara nasional tidak kekurangan gas. Bahkan, sebagian diekspor karena pasokan melebihi kebutuhan. Namun, lokasi pembeli dan sumber gas yang tidak selaras membuat distribusi menjadi tantangan tersendiri.
“Overall kita kelebihan gas. Tapi, pembelinya kumpul di lokasi yang tidak satu titik dengan sumber gas. Jadi bukan soal ketersediaan, tapi soal menjembatani lokasi,” jelas Kurnia.
PGN Andalkan LNG dan Proyek Strategis
Untuk menjawab tantangan ini, PGN mengandalkan solusi alternatif: pemanfaatan LNG domestik. Dengan fleksibilitasnya, LNG bisa menjangkau daerah-daerah yang belum terhubung jaringan pipa gas. Namun tantangan baru pun muncul, terutama soal keberlanjutan pasokan dan harga yang kompetitif.
“PGN harus bisa memastikan pasokan LNG yang kontinu dan dengan harga yang bisa dijangkau pelanggan,” tegas Arief.
Ketua Indonesian Gas Society (IGS), Aris Mulya Azof, menambahkan bahwa beralih dari pipa ke LNG berarti menghadapi harga internasional dan kompleksitas logistik yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi dan kebijakan yang lebih terintegrasi dari pemerintah.
Langkah Konkret: Pipa, Terminal LNG, dan Revitalisasi
PGN saat ini tengah mengeksekusi berbagai proyek strategis. Di antaranya pembangunan Pipa Tegal–Cilacap, pengembangan Terminal LNG Arun, serta revitalisasi FSRU dan tangki penyimpanan. Sebesar 67% dari total belanja modal (capex) PGN tahun ini dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur gas.
Empat pilar menjadi fokus utama PGN dalam strategi penguatan ini:
✅ Availability – pasokan dari hulu yang cukup
✅ Accessibility – infrastruktur yang menjangkau konsumen
✅ Affordability – harga yang terjangkau
✅ Sustainability – dukungan kebijakan dan keberlanjutan jangka panjang
Melalui strategi G-A-S (Grow, Adapt, Step Out), PGN terus berinovasi untuk memperluas akses energi bersih. Namun Arief menegaskan, dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan dan stimulus harga tetap krusial.
“Dengan komitmen bersama, PGN siap menjadi ujung tombak dalam menghadirkan energi bersih yang merata, terjangkau, dan andal di seluruh penjuru negeri,” pungkasnya.