Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com – Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Rikky Rahmat Firdaus, mengungkap sejumlah perkembangan penting terkait dinamika investasi hulu migas di Indonesia. Dalam sesi doorstop usai konferensi pers, ia menjelaskan posisi beberapa kontraktor besar seperti Chevron, Shell, hingga progres divestasi proyek Blok Tuna.
Chevron Belum Muncul ke Permukaan, Tapi Potensi Tetap Terbuka
Rikky mengonfirmasi bahwa hingga saat ini kegiatan Chevron belum tercatat dalam data reposisi wilayah kerja. Meski begitu, komunikasi dan dinamika di antara sesama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terus berjalan, terutama dalam konteks investasi besar yang membutuhkan skema berbagi risiko.
“Chevron belum masuk secara formal dalam data reposisi, tapi kita tahu antar KKKS saling bicara, saling eksplorasi. Misalnya proyek Bobara senilai USD 92 juta—itu butuh kerja sama dan risk sharing,” ujar Rikky, Rabu (17/7/2025), di Jakarta.
Peluang Laut Dalam Terbuka Lebar
Terkait wilayah Indonesia Timur, seperti Laut Utara, peluang investasi dinilai semakin terbuka. BP, sebagai salah satu pemain, telah melaksanakan survei seismik di wilayah Agung 1 dan 2. Kini, mereka mempertimbangkan penambahan seismik menuju wilayah laut dalam yang berdekatan dengan WK Posco dan Bungamas.
Menurut Rikky, ini menjadi bukti bahwa pelaksanaan komitmen kerja pasti (KKP) di open area berhasil membuka minat dan memperluas data yang dibutuhkan KKKS untuk masuk.
Blok Tuna: Harbor Mundur, ZAL Ambil Alih
Blok Tuna juga menjadi sorotan. Harbor Energy, selaku operator sebelumnya, tidak dapat melanjutkan proyek akibat dampak sanksi internasional terhadap mitranya. Namun, ZAL (Zarubezhneft) disebut siap mengambil alih sebagai operator baru.
“Kami sudah minta agar proses divestasi diselesaikan bulan Juli ini. Target onstream tetap kami jaga di 2028–2029, tidak ingin mundur,” jelas Rikky.
Harbor, meski mundur, disebut bersedia menyerahkan seluruh data teknis kepada ZAL, yang kini tengah menjajaki mitra-mitra baru untuk menggantikan peran Harbor. Beberapa pihak telah mengakses data dan menandatangani Non-Disclosure Agreement (NDA).
Shell Minat Kembali ke Hulu Migas Indonesia
Sementara itu, Shell menunjukkan tanda-tanda akan kembali ke industri hulu migas nasional. Pada Maret lalu, SKK Migas diundang langsung oleh Shell ke kantor pusat untuk meyakinkan para pemegang keputusan. Sebagai tindak lanjut, Shell menghadiri Indonesia Petroleum Association (IPA) dan telah membeli data melalui MDR (Membership Data Room).
“Shell sudah ikut beli data sebesar USD 30.000—itu bukti ketertarikan mereka. Kita ingin mematangkan agar mereka merasa nyaman untuk berbagi risiko dan kembali berinvestasi di Indonesia,” kata Rikky.
Masela Dipercepat, Rosneft Tunggu Kepastian
Untuk proyek strategis nasional lainnya, Blok Masela, Rikky menyebut arahan percepatan dari Menteri ESDM dan pimpinan SKK Migas terus direspons positif. Proyek Front End Engineering Design (FEED) disebut terus mengalami kemajuan.
Sementara itu, terkait rencana investasi Rosneft di Kilang Tuban, Rikky menyatakan bahwa hal tersebut masih dalam proses pembahasan lebih lanjut dan kemungkinan besar berkaitan dengan hasil kunjungan Presiden ke Rusia beberapa waktu lalu.