Jakarta, ruangenergi.com – Langkah konkret menuju hilirisasi energi nasional terus bergulir. Pada Selasa (22/7), Pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional secara resmi menyerahkan dokumen Pra-Studi Kelayakan kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia). Seremoni ini berlangsung di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta.
Dokumen diserahkan langsung oleh Menteri ESDM sekaligus Ketua Satgas, Bahlil Lahadalia, kepada CEO Danantara, Rosan Roeslani. Penyerahan ini menjadi tonggak penting dalam mempercepat agenda hilirisasi sebagai strategi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Dalam sambutannya, Menteri Bahlil mengungkapkan bahwa Satgas telah menyusun 18 dokumen pra-feasibility study (pra-FS) yang mencakup berbagai sektor strategis, dengan total nilai investasi mencapai USD38,63 miliar atau sekitar Rp618 triliun. Rinciannya, antara lain:
-
8 proyek hilirisasi di sektor mineral dan batubara,
-
2 proyek transisi energi,
-
2 proyek ketahanan energi,
-
3 proyek hilirisasi sektor pertanian, dan
-
3 proyek di bidang kelautan dan perikanan.
“Ini belum termasuk ekosistem baterai kendaraan listrik yang juga tengah kami bangun,” ujar Bahlil.
Menurutnya, proyek-proyek tersebut tidak hanya menyasar peningkatan nilai tambah sumber daya alam, tetapi juga berpeluang besar menciptakan lapangan pekerjaan dalam jumlah masif. Total, ada potensi penciptaan 276.636 lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung.
“Kita ingin menghadirkan pekerjaan dengan upah layak, bukan lagi sekadar UMR. Ini bagian dari strategi pemerataan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia,” tegasnya.
Lebih lanjut, Bahlil memastikan bahwa Satgas Hilirisasi akan terus bersinergi dengan Danantara, termasuk dalam pembahasan teknis mengenai skema pembiayaan, model bisnis, penentuan lokasi proyek, hingga penyelesaian perizinan dan aspek sosial-lingkungan.
Menanggapi hal tersebut, CEO Danantara, Rosan Roeslani, menyampaikan bahwa sektor hilirisasi kini mulai menjadi motor penting dalam pertumbuhan investasi nasional. “Dari total investasi yang masuk pada semester ini, sekitar 30% berasal dari sektor hilirisasi, atau kurang lebih dari Rp950 triliun lebih,” ungkap Rosan.
Ia juga menambahkan bahwa selama empat bulan sejak peluncurannya, Danantara telah memperoleh komitmen pendanaan sebesar USD7 miliar dari kerja sama dengan beberapa Sovereign Wealth Fund (SWF) global. Di antaranya:
-
USD4 miliar dari Qatar,
-
USD2 miliar dari China Investment Corporation (CIC), dan
-
Kemitraan dengan Russian Direct Investment Fund (RDIF).
“Pembicaraan juga masih terus berlanjut dengan sejumlah SWF lainnya untuk mendukung investasi strategis di Indonesia,” tutup Rosan.
Sebagai catatan, sektor minerba mendominasi dengan nilai proyek sebesar USD20,1 miliar dan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 104.974 orang. Sektor pertanian dan kelautan juga berkontribusi besar masing-masing dengan penyerapan 23.950 dan 67.100 pekerja. Di sisi lain, proyek transisi energi senilai USD2,5 miliar diproyeksikan menyerap 29.652 pekerja, sedangkan proyek ketahanan energi senilai USD14,5 miliar berpotensi menciptakan 50.960 lapangan kerja.
Transformasi menuju hilirisasi bukan hanya soal nilai ekonomi, tetapi juga membangun fondasi kedaulatan energi nasional dan keadilan sosial yang merata di seluruh penjuru negeri.