PHE Serius Nih Garap Bisnis CCS/CCUS di Indonesia, Mantab!

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com — PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai motor penggerak Subholding Upstream Pertamina, kian memantapkan langkah strategisnya di ranah energi hijau. Bukan hanya bicara energi fosil, kini PHE memosisikan diri sebagai pemain utama dalam pengembangan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di Indonesia.

Edy Karyanto, Direktur Perencanaan Strategis, Portofolio, dan Komersial PHE, menyampaikan bahwa tren global menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 tidak lagi sekadar wacana, melainkan menjadi realitas yang mengubah peta bisnis energi—termasuk hulu migas.

“Hari ini, pelaku industri bukan hanya ditantang untuk terus memproduksi energi, tetapi juga mengelolanya secara berkelanjutan. Dual growth strategy menjadi jawaban PHE: satu sisi tetap agresif di legacy business, sisi lain kami investasikan ke teknologi rendah karbon,” jelas Edy, Selasa (22/7/2025), di Jakarta.

Indonesia: Lumbung Potensi, Magnet Investasi Karbon

PHE melihat peluang besar di depan mata. Dengan kekayaan geologi seperti saline aquifer dan ladang migas tua (depleted oil/gas field), Indonesia memiliki modal dasar untuk menjadi carbon storage hub regional. Bahkan menurut Edy, secara geografis Indonesia punya positioning unik—dikelilingi negara-negara emitter yang tak punya kapasitas penyimpanan karbon sendiri.

“Ini adalah peluang strategis. Kita bukan hanya bisa menyerap emisi dari dalam negeri, tapi juga jadi mitra penyimpanan CO₂ dari negara tetangga yang sedang mengejar target NDC mereka,” ujarnya.

PHE pun telah menyusun roadmap ambisius: mengembangkan dua CCS Hub dan beberapa satelit, dengan total kapasitas penyimpanan hingga 7,3 gigaton. Targetnya? Reduksi emisi 68% dari sektor energi nasional pada tahun 2060.

Kolaborasi Jadi Kunci

PHE tidak berjalan sendiri. Dalam pengembangan infrastruktur CCS/CCUS ini, PHE menggandeng berbagai mitra strategis, baik dalam maupun luar negeri. Proyek ini tak hanya membuka jalan bagi investasi berkelanjutan, tetapi juga membuka ruang kolaborasi bagi pelaku hulu migas yang ingin masuk ke arena baru bisnis karbon.

Bagi para pebisnis hulu migas, ini adalah waktu yang tepat untuk melihat CCS/CCUS bukan sebagai cost center, tapi sebagai growth engine baru.

Kinerja Bersih, Bisnis Beretika

Tak kalah penting, PHE menegaskan bahwa semua langkah ini dilakukan dengan mengedepankan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Komitmen pada praktik bisnis bersih diwujudkan melalui implementasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) berstandar ISO 37001:2016.

“Kami punya prinsip Zero Tolerance on Bribery. Tidak ada kompromi dalam integritas,” tegas Edy.

Dengan pendekatan yang menyeluruh—dari legacy hingga energi hijau, dari hulu migas hingga penyimpanan karbon—PHE mengundang seluruh pelaku industri untuk ikut berpartisipasi dalam agenda besar: mewujudkan kemandirian energi nasional yang berkelanjutan dan berdaya saing global.