Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com– Menyambut Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) yang jatuh pada 10 Agustus, PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk melaju lebih kencang di jalur energi baru dan terbarukan (EBT). Perusahaan pelat merah ini tak lagi hanya mengandalkan bisnis minyak dan gas, tapi kini juga meracik berbagai inovasi hijau.
Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, mengungkapkan salah satu fokus terbesarnya adalah pengembangan bioetanol. Bahan bakar ramah lingkungan ini dibuat dari sumber daya lokal seperti molase (limbah industri gula), batang sorgum, hingga nira aren. Bioetanol nantinya akan dipakai untuk campuran bensin, sehingga lebih bersih dan berkelanjutan.
“Pertamina memanfaatkan bahan baku lokal untuk memproduksi bioetanol yang bisa digunakan sebagai campuran gasolin. Ini sekaligus mendukung petani dan industri dalam negeri,” kata Oki di forum Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) yang berlangsung di Bandung, 8 Agustus 2025.
Tak berhenti di situ, Pertamina juga menggeber pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) – bahan bakar pesawat ramah lingkungan – dengan memanfaatkan minyak goreng bekas atau used cooking oil (UCO). Misinya, membangun ekosistem nasional untuk pengumpulan UCO sehingga Indonesia bisa menjadi pusat produksi SAF di kawasan ASEAN.
“Cita-cita besarnya, Indonesia nanti akan menjadi hub produksi SAF di ASEAN,” tegas Oki.
Partisipasi Pertamina di forum KSTI 2025 yang digelar di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) pada 7–9 Agustus ini sekaligus menjadi ajang kolaborasi antara industri, kampus, dan lembaga riset. Menurut Oki, kemitraan semacam ini sangat krusial untuk mempercepat transisi energi di tanah air.
“Kami akan terus bekerja sama dengan universitas dan lembaga penelitian, termasuk BRIN, untuk meningkatkan produksi di hulu, efisiensi di hilir, menghasilkan BBM ramah lingkungan, dan memperbesar porsi EBT dalam bauran energi nasional,” ujarnya.
Harteknas tahun ini menjadi momentum bagi Pertamina untuk menunjukkan bahwa inovasi teknologi bukan sekadar tren, tapi kebutuhan strategis. Melalui EBT, bioetanol, dan SAF, Pertamina berharap dapat mendorong transisi energi sekaligus menjaga ketahanan energi Indonesia.