Menuju Indonesia Emas 2045, DRSC dan EM Transformation Academy Dorong Lahirnya Pemimpin Korporasi Visioner, Catat Ya!!

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com-Menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan, dua lembaga strategis—DS Research Center (DRSC) dan EM Transformation Academy (EM)—menggandeng para CEO dan pemimpin industri untuk membicarakan satu kata kunci masa depan: transformasi.

Melalui forum perdana DSRC Dialog Series: Leading The Shift yang digelar di Jakarta, tema “Menyoroti Peran Pemimpin sebagai Penggerak Utama Transformasi” menjadi sorotan utama. Para pemimpin dari sektor energi, keuangan, manufaktur, hingga media hadir, membawa sudut pandang dan pengalaman mereka menggerakkan roda perubahan di organisasinya.

“Transformasi itu wajib kalau mau bertahan. Kalau tidak, ya siap-siap ditinggalkan,” ujar Dwi Soetjipto, tokoh senior industri energi. Ia menegaskan, perubahan bukan sekadar jargon, tapi harus menjawab tantangan nyata—baik dari dalam maupun luar perusahaan.

Dwi membagi pengalamannya saat memimpin Pertamina. “Salah satu hasil transformasi adalah budaya kerja baru yang sehat dan produktif. Dari situ, strategi dan visi jadi lebih realistis, mindset karyawan berubah, dan laba bersih melonjak 122%—dari US$ 1,45 miliar pada 2014 menjadi US$ 3,15 miliar pada 2016,” paparnya.

Menurutnya, pemimpin yang menggerakkan transformasi harus berani ambil risiko. “Kalau takut gagal, jangan bicara transformasi,” tegasnya.

Nada serupa disampaikan Whisnu Bahriansyah, Direktur Manajemen Risiko PT Pertamina Hulu Energi. Baginya, transformasi berarti keluar dari zona nyaman dan mengupayakan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Dua “senjata” yang ia pegang: komunikasi terbuka dan manajemen waktu yang tegas.

“Buka semua pintu untuk kritik. Kalau ada kelemahan, akui dan perbaiki. Lalu tetapkan agenda perubahan dengan deadline jelas, supaya tidak berjalan tanpa arah,” ujar Whisnu.

Dari dunia media, Primus Dorimulu membawa perspektif unik. Ia menyebut transformasi sebagai “hijrah”—bergerak menuju level yang lebih tinggi tanpa menoleh ke belakang. Di tengah pesatnya peran kecerdasan buatan (AI), Primus mengingatkan ada tiga hal yang tidak bisa ditiru mesin: critical thinking, creativity, dan kolaborasi. “Itu yang harus ditanamkan pemimpin pada SDM-nya,” katanya.

Forum ini menjadi penanda langkah awal kolaborasi DRSC dan EM dalam membangun generasi pemimpin korporasi yang tak hanya sukses di meja rapat, tapi juga mampu mendorong Indonesia menuju negara maju pada 2045.