Catat Ya, METI Dorong Kerja Sama Strategis dengan Uganda untuk Akselerasi Energi Terbarukan

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com— Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menegaskan perlunya menjalin kerja sama strategis dengan Uganda, baik dalam kerangka government-to-government (G2G) maupun business-to-business (B2B), guna mempercepat transisi menuju energi bersih dan mewujudkan target Net Zero Emission (NZE).

Dalam paparan berjudul “Indonesian Renewable Energy Perspective and Net Zero Emission Global Policy”, Dr. Kardiman, MM, dari Divisi Luar Negeri METI, menyoroti bahwa Uganda memiliki prospek energi terbarukan yang sangat besar, meliputi potensi Solar PV, tenaga angin, biomassa, tenaga air, hingga panas bumi. Sumber daya ini, jika dikelola dengan teknologi dan pendanaan tepat, dapat menjadi pendorong ketahanan energi sekaligus pengurangan emisi global.

“Kerja sama ini bukan hanya peluang bisnis, tetapi juga kontribusi nyata Indonesia dalam memperkuat kemitraan Selatan-Selatan serta mendukung komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon,” ujar Dr. Kardiman.

Ia juga menekankan bahwa meskipun Uganda masih memiliki prospek minyak dan gas hingga 2050, negara tersebut membutuhkan investasi signifikan dalam teknologi rendah karbon, efisiensi energi, infrastruktur jaringan listrik, dan penyimpanan energi untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.

METI memandang, pengalaman Indonesia dalam pengembangan energi terbarukan — mulai dari pembangkit listrik tenaga surya skala besar, pengelolaan biomassa, hingga inovasi panas bumi — dapat menjadi blueprint pengembangan sektor energi Uganda. Sebaliknya, keterbukaan Uganda terhadap investasi dan proyek percontohan memberi peluang luas bagi perusahaan dan pelaku industri energi bersih Indonesia.

Dengan tantangan global berupa kenaikan suhu rata-rata dunia yang harus dibatasi maksimal 1,5°C, kemitraan seperti ini menjadi langkah konkret untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mengakselerasi transisi energi, tidak hanya di Indonesia dan Uganda, tetapi juga di tingkat global.